KOTA BEKASI – Ketua PPK Bekasi Timur Nonaktif Muhamad Lukman mengaku sempat mendapatkan tekanan psikis imbas viralnya dugaan penggelembungan suara di PPK Bekasi Timur beberapa waktu lalu.
Sempat menghilang setelah viral, Lukman muncul untuk pertama kalinya di hadapan pubik saat dirinya menghadiri Sidang Administratif dugaan penggelembungan suara PPK Bekasi Timur selaku terlapor di Gedung Bawaslu Kota Bekasi, Senin (18/03/2024) sore.
“Alhamdulillah hari ini saya diberikan kekuatan untuk hadir dalam proses sidang terkait administrasi pelanggaran pemilu di Bawaslu,” ucap Lukman saat dijumpai selepas pelaksanaan sidang administratif, Senin (18/03/2024) sore.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai Ketua PPK Bekasi Timur, Lukman mengaku mengalami tekanan psikis dari masyarakat imbas dari viralnya video skandal penggelembungan suara.
“Dalam situasi hari ini, sebenernya secara psikis saya dan keluarga mengalami tekanan mental yang luar biasa. Belum ada bukti, belum ada yang terbukti saya melanggar disitu, tapi sudah viral videonya,” jelasnya.
Secara substansi mungkin dugaan penggelembungan suara yang terjadi, kata dia, tentunya sudah menjadi asumsi publik. Sehingga kebenaran dari peristiwa tersebut tidak diproses secara prosedural kelembagaan.
“Mungkin ini menjadi preseden buruk bagi penyelenggaraan pemilu, bahwa segala sesuatu itu harus dalam proses dan prosedur yang ada. Jadi, tentunya saya sebagai Ketua PPK Bekasi timur nonaktif, hanya menyayangkan sekali kepada rekan saya yang sudah langsung secara personal menyampaikan bahwa disitu, saya melanggar administrasi, (padahal) Belum ada proses di Bawaslu dan di KPU sendiri,” ujarnya berkelit.
Ia mengungkapkan, adapun terhadap dugaan penggelembungan suara sendiri. Tentunya, akan ada proses yang dilakukan secara kelembagaan, dan itu menjadi kewenangan KPU maupun Bawaslu yang berhak mengeluarkan keterangan terkait dirinya dan nasibnya sebagai Ketua PPK.
“Baik tingkat PPK maupun PPS, ketika ada (permasalahan) internal, baiknya itu disampaikan secara personal dulu. Jadi, jangan melebar kemana-mana dulu, kami sangat terpukul dengan kejadian ini,” sambungnya.
Lebih lanjut Lukman membeberkan bahwa viralnya video penggelembungan suara juga berdampak kepada sang anak yang juga mendapatkan tekanan psikis di lingkungan sekolah.
“Anak saya yang sekolah, hari ini merasakan tekanan yang luar biasa. Kemudian istri saya di lingkungan sendiri sudah dicap bahwa “oh ini yang melakukan penggelembungan”. Padahal fakta-faktanya, itu kita belum tahu seperti apa yang terjadi,” imbuhnya.
Atas besarnya dampak yang dirasakan dirinya beserta keluarga, Lukman berjanji bahwa pihaknya akan mengikuti prosedural secara hukum hingga sidang administratif memutuskan apakah dirinya bersalah atau tidak.
“Nanti kita lihat di sidang aja ya, karena proses pembuktian ada di sidang,” pungkasnya.