JAKARTA – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Abdullah Azwar Anas menyampaikan pernyataan terbaru terkait nasib para tenaga honorer.
Saat berpidato di acara penandatanganan Keputusan Bersama tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Netralitas ASN dalam Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2024 di Kantor KemenPAN-RB, Jakarta, Kamis (22/09/2022) kemarin, Azwar Anas tidak langsung bicara soal honorer.
Azwar Anas mengatakan, penandatanganan keputusan bersama tersebut penting sebagai salah satu upaya mewujudkan birokrasi yang netral dan sumber daya manusia (SDM) ASN yang mampu mendukung kesuksesan penyelenggaraan Pemilu Serentak 2024 mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keputusan bersama ditandatangani langsung MenPAN-RB Abdullah Azwar Anas, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Rahmat Bagja, Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) Agus Pramusinto, Mendagri Tito Karnavian, dan Plt Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Wibisana.
Setelah sekian kalimat disampaikan, Azwar Anas menyinggung harapan semua pihak tentang birokrasi berkelas dunia.
Namun, kata pria kelahiran 6 Agustus 1973 itu, pemerintah menghadapi dilema-dilema dalam upaya menciptakan birokrasi berkelas dunia.
“Di satu sisi kita mendorong supaya ASN harus bersaing, melayani di era disrupsi dan sebagainya, tetapi ada gelembung-gelembung honorer yang terus tumbuh,” ungkap Azwar Anas yang ditayangkan dalam kanal KemenPAN-RB di Youtube, dikutip Jum’at (23/09/2022).
“Ada honorer yang memang kualitasnya bagus di beberapa daerah, ada yang direkrut karena berbagai macam cara dan kemudian minta diangkat menjadi ASN,” terangnya.
Lebih lanjut, Azwar Anas mengatakan masalah honorer ini merupakan tantangan dalam upaya penataan birokrasi.
Namun, dirinya khawatir ada dampak buruk jika pengangkatan tenaga honorer terus dilakukan oleh pihaknya.
“Nah, ini kalau terus menerus tentu menjadi tantangan kita semua. Jangan-jangan, kalau honorer terus diangkat ini, republik kita jadi republik honorer,” kata Anas.
Dia juga khawatir nasib para sarjana fresh graduate yang pengin menjadi ASN, menjadi tersisihkan gara-gara pemerintah terus-terusan mengangkat honorer.
Azwar Anas menyebut, setiap tahun rata-rata ada 1 juta fresh graduate tamatan perguruan tinggi.
“Ini tidak mendapatkan tempat. Ini tantangan kita semua,” pungkasnya. (*)