JAKARTA – Penampilan dan pidato Ketua DPR Puan Maharani saat sidang tahunan MPR, Selasa (16/08/2022) kemarin, menjadi bahan bakar perbincangan warganet.
Ada yang mengaku sempat memandang sebelah mata cucu Proklamator Republik Indonesia Bung Karno itu, namun kini memiliki persepsi berbeda.
Puan dalam sidang tahunan MPR dan juga sidang bersama DPR serta DPD, mengenakan busana karya desainer Didiet Maulana yakni kebaya batik warna angkin merah hati dan menyinggung Pancasila dalam pidatonya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Entah apa yang membuat tampilan dan pidato Puan menjadi menarik, namun pemilik akun @anis_anastasiaperwitasari mengaku tidak lagi memandang eks Menko PMK sebelah mata.
“Saya dulu memandang sebelah mata, karena (jangan-jangan) backgroundnya sebagai cucu Soekarno, sehingga diangkat-angkat alias dikatrol. Tapi pernah lihat pas di TV dalam satu wawancara, ternyata pemikirannya bagus dan pintar,” ucap Anis.
Pujian juga datang dari pemilik akun @kangsil2 yang menilai Puan memiliki kharisma saat berpidato, gaya berbusana Puan yang menonjolkan pakaian daerah dan khas Indonesia pun dianggapnya baik. Alasannya turut mempromosikan kearifan lokal.
“Saya selalu melihat beliau (Puan Maharani) secara tidak langsung acap kali mempromosikan khas-khas daerah seperti kuliner, kerajinan, dan bahkan kebaya Kutubaru yang dikenakannya. Menurut saya keren,” tuturnya.
Sementara itu Pengusaha Peter F Gontha turut mengomentari penampilan Puan dalam sidang kabinet itu. Eks Dubes RI untuk Polandia menilai Puan kini lebih berkarakter, dewasa dan memiliki aura pemimpin.
“Puan Maharani menunjukkan kedewasaan dan auranya sebagai pemimpin. Yang suka boleh suka, tapi yang tidak suka harus jujur. Pidato, intonasi, dan cara menyampaikan pesannya luar biasa,” ujar Gontha, melalui unggahan Instagram @petergontha.
Dalam pidatonya, Puan menekankan Pancasila sebagai kekuatan nasional bangsa Indonesia. Pancasila menjadi aspek utama dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Artinya, meninggalkan Pancasila sama saja menghilangkan karakter Indonesia sebagai bangsa yang toleran. (mar)