Pernahkah anda yang seharusnya mengerjakan tugas kantor, mengerjakan skripsi atau mengerjakan sesuatu yang penting tapi kemudian malah memilih kegiatan lain?
Misalnya, tidur-tiduran, main game atau nonton drama Korea. Ini yang disebut dengan prokrastinasi.
Semua mungkin pernah menghadapi rasa malas dan menunda-nunda melakukan sesuatu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seringkali kemudian orang menuduhnya sebagai orang malas mengerjakan sesuatu atau tidak mau maju, tidak mau berubah dan cap buruk lainnya. Padahal ada hal lain di balik prokrastinasi.
Sebenarnya kita tahu bisa pekerjaan ini memang harus dikerjakan. Tahu juga apa konsekuensinya jika tidak menyelesaikan pekerjaan ini.
Kita juga sadar bisa mengerjakannya bahkan hanya butuh waktu sebentar.
Tapi yang terjadi malah memilih aktivitas lain yang tidak terlalu penting untuk dikerjakan. Biasanya orang seperti ini memiliki moto ‘kalau bisa besok kenapa harus sekarang’.
Seringkali kita sadar bahwa apa yang dilakukan adalah adalah perilaku prokrastinasi. Tapi mau mengubahnya susah sekali.
Ketika mencoba mengerjakan tugas-tugas jauh sebelum deadline, yang ada malah otak kita seperti stuck dan susah banget rasanya buat menyelesaikan tugas itu.
Prokrastinasi adalah sebuah perilaku seseorang mengganti tugas yang sebenarnya berprioritas tinggi atau hal-hal penting kemudian menggantikannya dengan hal-hal berprioritas rendah.
Kebiasaan menunda-nunda atau prokrastinasi pasti mengganggu. Mengganggu produktivitas, memperlambat kerja tim, dan menghambat rencana ke depan.
Jelas bukan hal yang baik. Beberapa penelitian menunjukkan orang yang memiliki kebiasaan prokrastinasi merupakan orang yang memiliki regulasi diri yang buruk.
Selain itu, kebiasaan ini bisa membuat merasa menyesal dan bersalah ketika tugas yang Anda buat hasilnya tidak maksimal.
Penyebab
Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yang terbagi dalam dua suku kata, yaitu ‘pro’ dan ‘crastinus’. Kata ‘pro’ memiliki arti forward atau maju, sementara ‘crastinus’ memiliki arti hari besok.
Jadi, prokrastinasi dalam bahasa latin memiliki arti ‘lakukan besok’.
Menurut Joe Ferrari Ph.D, profesor di DePaul University di Chicago, Illinois, setiap orang cenderung suka menunda-nunda.
Faktanya, sebanyak 20 persen dari populasi adalah penunda yang kronis. Mereka menunda-nunda di semua bidang kehidupan seperti pekerjaan, sekolah, rumah, hubungan, dan bahkan waktu senggang.
“Angka ini lebih tinggi daripada depresi, fobia, atau penyalahgunaan zat, dan ini adalah fenomena global: 20 persen tidak hanya di AS, tetapi di sebagian besar negara, terlepas dari usia, jenis kelamin, atau bahasa yang kita gunakan,” katanya seperti dikutip Activegrowth.
Sebagian orang merasa prokrastinasi mungkin bawaan dari lahir. Mereka menyadari kalau perilaku ini sudah mendarah-daging sejak mereka masih kecil. Tapi, ternyata prokrastinasi ini bukan sifat bawaan.
Menurut Ferrari, salah satu alasannya karena prokrastinasi ini adalah hasil dari pola asuh otoriter.
Memiliki orang tua yang keras dan selalu mengontrol, membuat anak-anak kesulitan untuk mengembangkan kemampuan mengatur diri sendiri.
Bahkan, prokrastinasi ini bisa jadi sebagai bentuk dari pemberontakan sang anak terhadap pola asuh orang tua.
Itulah kenapa, prokrastinasi ini bukan perilaku yang dibawa sejak lahir. Tapi, mungkin prokrastinasi ini adalah salah satu hasil dari pola asuh orang tua.
Orang yang sering menunda kerjaan itu bukan terkait masalah manajemen waktu. Mereka memiliki kemampuan yang sama untuk memperkirakan waktu seperti orang yang tidak suka menunda-nunda.
Malahan, para prokrastinator ini jauh lebih optimis. Mereka merasa mampu untuk menyelesaikan tugas dengan waktu yang singkat.
Apa yang harus dilakukan jika Anda merasa prokrastinasi? Evan dari Satu Persen di channel YouTube-nya mengungkapkan, yang pertama kali dilakukan jika mengalami hal itu adalah mengetahui dan menganalisa kebiasaan apa yang bisa membuat Anda menunda-nunda.
Misalnya karena lagi pegang gadget, atau menunda-nunda pekerjaan karena lapar dan kebiasaan lainnya.
Kebiasaan yang menjadi penyebab prokrastinasi setiap orang berbeda-beda. Dengan mengetahui kebiasaan itu, bisa membuat lebih sadar dan tahu apa yang harus Anda lakukan.
Bisa jadi karena kondisi tubuh memang tidak optimal, kurang sehat, sehingga berpengaruh kepada motivasi dan produktivitas.
“Energi yang masuk tidak sebanding dengan beban kerja. Kebiasaan menunda-nunda juga bisa muncul karena rasa takut atau ragu. Takut salah atau ragu apakah bisa mengerjakan ini atau tidak. Jadi bukannya dikerjakan malah jadi menunda-nunda,” ungkapnya.
Yang juga penting adalah pastikan sekeliling Anda bersih dari gangguan fisik ataupun digital yang bisa mendistraksi.
Gangguan fisik ini bisa berupa kebersihan area bekerja atau tempat belajar. Juga gangguan digital misalnya notifikasi ponsel.
Cobalah mengubah cara pandang ke manfaat apa yang akan didapatkan ketika rampung menyelesaikan tugas. Mengubah cara pandang ini, bisa bikin lebih semangat pas mau ngerjain tugas itu.
Latihlah diri untuk berkomitmen dengan jadwal yang sudah Anda bikin yang dapat membantu lepas dari prokrastinasi. Namun jangan membuat jadwal yang ujung-ujungnya sulit dilakukan.
Misalnya, ketika berniat untuk lari pagi, tapi susah bangun pagi, buatlah jadwal di sore hari dan laksanakan dengan konsisten.
Kalau memungkinkan potong-potong pekerjaan dengan beberapa bagian dengan menentukan jadwal yang tepat.
Membagi tugas seperti ini bisa membantu agar tidak merasa lelah melihat tugas yang berat. Mulailah kerjakan tugas, walaupun sedikit. Ini akan jauh lebih baik.
Terakhir adalah mengapresiasi diri bila berhasil melakukan tugas tepat waktu. Apresiasi bisa dilakukan dengan hal yang sederhana. Misalnya, menonton film atau menikmati makanan jika selesai mengerjakan sesuatu.
Memang tidak mudah untuk mengubah kebiasaan menunda-nunda. Namun, dengan memulai dari langkah kecil secara konsisten bukan hal yang sulit untuk keluar dari kebiasaan prokrastinasi. (*)