Kanista Mandala (sisi luar) Pura Agung Tirta Bhuana (PATB) Kota Bekasi dipadati penonton yang antusias menyaksikan pertunjukan Tari Kecak kolosal pada Sabtu malam.
Bahkan penonton meluber hingga ke depan gerbang pura yang berlokasi di Jalan Jatiluhur Raya Jakasampurna.
Gelaran budaya ini merupakan bagian dari perayaan Pujawali ke-60 PATB dan berhasil menyedot perhatian warga, termasuk para jurnalis yang meliput acara hingga larut malam.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pertunjukan yang berlangsung hingga pukul 22.30 WIB ini menampilkan Tari Kecak dengan lakon Subali Antaka, yang disutradarai oleh seniman sekaligus akademisi Institut Kesenian Jakarta, Anak Agung Rai Susila Panji.
Lakon Subali Antaka diambil dari Kiskindha Kanda, kitab keempat dalam epos Ramayana, yang mengisahkan perseteruan dua raja kera bersaudara, Subali dan Sugriwa, dalam memperebutkan Kerajaan Kiskindha dan Dewi Tara. Dengan bantuan Sri Rama, Sugriwa akhirnya berhasil mengalahkan Subali.
Tari Kecak yang dibawakan oleh puluhan pemuda Hindu ini memukau penonton dengan formasi lingkaran dan setengah lingkaran yang silih berganti, diiringi koor khas “cak cak cak” yang menggema.
Unsur teatrikal dengan atraksi api semakin menambah daya tarik pertunjukan ini.
Yulia, salah satu penonton asal Bekasi, mengaku sangat terkesan dengan pertunjukan tersebut.
“Seru banget! Ada api-apinya, nyanyiannya membius, dan gerakan para penari sangat artistik. Rasanya masih ingin menonton lagi, tapi tahu-tahu sudah selesai,” ujarnya.
Yulia dan penonton lainnya menyayangkan tempat pertunjukan yang berdesak-desakan dan berharap ke depan pertunjukan semacam ini bisa digelar di tempat yang lebih luas, seperti alun-alun kota, agar lebih banyak orang dapat menikmatinya.
Pelestarian Budaya Perlu Adanya Dukungan Pemerintah
Sementara itu, Agung, salah satu penari dalam pertunjukan ini, mengungkapkan rasa bangganya bisa turut serta dalam pementasan Tari Kecak.
Baginya, selain sebagai hiburan, pertunjukan Tari Kecak merupakan bentuk nyata pelestarian seni budaya Nusantara yang sarat nilai filosofis.
“Kisah ini menggambarkan kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan). Kami ingin terus melestarikan budaya leluhur ini agar terus terwariskan untuk generasi muda,” ungkapnya.
Namun, ia sebagai seniman juga berharap pemerintah, baik Kota Bekasi maupun Jawa Barat, turut memberikan dukungan terhadap pelestarian seni budaya Nusantara adi luhung ini.
“Selain ribuan penonton yang datang, para seniman juga mengharapkan adanya dukungan pemerintah untuk keberlanjutan seni budaya asli Indonesia,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Agung juga menginformasikan bahwa komunitas pemuda Hindu Bekasi tengah mempersiapkan karya budaya spektakuler lainnya.
Karya tersebut berupa pembuatan ogoh-ogoh yang akan diarak dalam upacara Tawur Agung menjelang Hari Raya Nyepi Saka 1947 pada Maret mendatang.
“Kami juga akan melaksanakan Melasti untuk menyucikan laut Bekasi. Mohon dukungannya agar tradisi ini bisa terus lestari,” pungkasnya.
Suksesnya pertunjukan Tari Kecak Subali Antaka mendapat apresiasi tinggi dari berbagai pihak, termasuk Ketua Sie Kesenian, I Gusti Ngurah Alit Marta, Ketua Panitia Pujawali ke-60 PATB, I Wayan Supriaharta, serta Kelian Banjar Bekasi, I Gede Darmayusa.
Para tokoh umat Hindu ini berharap tradisi yang baik ini dapat terus dijaga dan dinikmati oleh generasi mendatang sebagai warisan budaya yang tak ternilai.