Prabowo Ingin Bentuk ‘Presidential Club’ Tanpa Megawati?

- Jurnalis

Jumat, 3 Mei 2024 - 21:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

Juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak menyatakan presiden terpilih Prabowo ingin membentuk presidential club sebagai wadah berkumpulnya para presiden terdahulu untuk sama-sama menyumbang gagasan untuk membangun bangsa.

“Esensinya Pak Prabowo ingin para mantan presiden bisa tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan. Sehingga terjaga silaturahim kebangsaannya dan menjadi teladan bagi kita semua,” ujar Dahnil kepada wartawan, Jumat (03/05/2024).

Ia mengatakan, besar harapan Prabowo para pendahulu mau bergabung dalam wadah itu. Selain wadah menuangkan gagasan, keberadaan perkumpulan ini juga bisa menjadi contoh baik ke masyarakat soal kekompakkan dan kerukunan para pemimpin bangsa.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ya, semua mantan presiden kita yang masih ada. Pak Prabowo berharap, sebagai bangsa besar para pemimpinnya kompak, rukun, guyub memikirkan dan bekerja untuk kepentingan rakyat banyak, terlepas dari perbedaan pandangan politik dan sikap politik,” tutur dia.

Akan tetapi, ada kendala dalam merealisasikan gagasan ini. Sebab Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri sedang panas-panasnya dengan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) usai anaknya Gibran Rakabuming Raka melawan keputusan partai, dengan menjadi pendamping Prabowo di Pilpres 2024.

Baca Juga:  Kualitas Udara Makin Buruk, Komisi IV Soroti Lemahnya Pengawasan KLHK terhadap Pabrik

Tentu bukan perkara mudah untuk membujuk Megawati. Sebab, putri Presiden pertama RI Soekarno itu punya watak keras dan kokoh. Mengingat, dulu Megawati juga sempat perang dingin dengan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kabar yang beredar, perseteruan itu bermula dari rivalitas politik jelang Pemilu Presiden 2004 silam.

Saat itu, Mega kalah dan terpaksa menyerahkan tongkat kepemimpinannya ke SBY, mantan Menteri Koordiantor Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di Kabinet Gotong Royong yang dia pimpin.

Baca Juga:  Soroti Kenaikan UKT, Megawati Pusing Semua Serba Mahal di era Jokowi

Kekalahan Mega berulang pada Pemilu Presiden 2009.

Saat itu, Mega yang mencalonkan diri sebagai presiden berpasangan dengan Prabowo Subianto tak mampu mengungguli SBY-Boediono.

Ketika SBY memimpin pemerintahan, PDIP memilih berada di garis luar sebagai oposisi. Selama sepuluh tahun pemerintahan dikuasai Demokrat, selama itu pula Megawati dan jajaran PDIP lainnya setia melempar kritikan.

Selama belasan tahun pula, SBY dan Mega hampir tak pernah tampak bersama, apalagi intens berkomunikasi. Perjumpaan keduanya hanya di acara-acara resmi. Jika pun bersua, Megawati dan SBY biasanya hanya berjabat tangan sebentar sebelum akhirnya melanjutkan kegiatan masing-masing.

Barulah pada 17 Agustus 2017, keduanya kembali bersua dalam upacara peringatan hari ulang tahun kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia.

Baca Juga:  Pasca Firli Tersangka, KPK dan Polri Sepakat Lanjutkan Kerjasama Pemberantasan Korupsi

Mega dan SBY saling berjabat tangan dalam pertemuan itu. Saat bersalaman, keduanya saling menatap dan tersenyum tipis. Ini merupakan kali pertama ia menghadiri upacara kemerdekaan di Istana Kepresidenan setelah lengser.

Menanggapi hambatan ini, Dahnil menegaskan saat ini Prabowo masih dalam tahap penjajakan ke semua presiden terdahulu termasuk Megawati. Ia optimistis pertemuan kedua tokoh ini akan bisa terealisasi.

“Insya Allah pada waktunya, Pak Prabowo pasti bertemu dengan Bu Megawati, sudah banyak pembicara-pembicaraan awal yang dilakukan Pak Sufmi Dasco dan Mbak Puan,” tutupnya.

Follow WhatsApp Channel rakyatbekasi.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Delapan Fakta Hasto Kristiyanto jadi Tersangka KPK, dari Seret Yasonna hingga Firli Bahuri
Lewat Video, Hasto Analogikan Statusnya sebagai Tersangka KPK dengan Perjuangan Bung Karno
Korban Penipuan Investasi Berbasis Aplikasi Joinnoop Datangi Bareskrim Polri
Kediaman Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto Tampak Sepi Setelah Penetapan Tersangka oleh KPK
KPK Tetapkan Hasto Kristiyanto jadi Tersangka, Jubir PDI Perjuangan Sebut Ada Politisasi Hukum
Sebut jadi Pemberi Suap, KPK Tersangkakan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto
Diskon Tarif Listrik 50 Persen dari Pemerintah, Berlaku Otomatis pada Januari-Februari 2025
Tok! PPN 12% Berlaku Awal 2025, Sembako dan Sejumlah Jasa Bebas Pajak, Ini Daftarnya

Berita Terkait

Jumat, 27 Desember 2024 - 09:45 WIB

Delapan Fakta Hasto Kristiyanto jadi Tersangka KPK, dari Seret Yasonna hingga Firli Bahuri

Kamis, 26 Desember 2024 - 16:18 WIB

Lewat Video, Hasto Analogikan Statusnya sebagai Tersangka KPK dengan Perjuangan Bung Karno

Selasa, 24 Desember 2024 - 22:31 WIB

Korban Penipuan Investasi Berbasis Aplikasi Joinnoop Datangi Bareskrim Polri

Selasa, 24 Desember 2024 - 11:48 WIB

Kediaman Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto Tampak Sepi Setelah Penetapan Tersangka oleh KPK

Selasa, 24 Desember 2024 - 11:08 WIB

KPK Tetapkan Hasto Kristiyanto jadi Tersangka, Jubir PDI Perjuangan Sebut Ada Politisasi Hukum

Berita Terbaru

error: Content is protected !!