BEKASI – Proses seleksi pemilihan calon Sekretaris Daerah Pemerintahan Kota Bekasi memunculkan empat nama pejabat eselon II, mendapat reaksi keras dari mahasiswa. Bahkan, apabila penetapan nama merupakan figur kontroversial, mahasiswa siap turun ke jalan melakukan aksi penolakan.
“Kita berharap sekda definitif nanti adalah figur yang cakap dan memiliki kepribadian baik (akhlakul karimah). Kota Bekasi kan kental dengan keagamaannya, jadi sekdanya juga harus punya mental bagus,” ujar Maulana Chafidz, mahasiswa Universitas Jayabaya yang berdomisili di Bekasi Selatan, Jumat (30/07/2023).
“Jika yang terpilih mentalnya buruk, kita akan gelar aksi penolakan agar yang berwenang mencabut keputusan tersebut,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Diketahui, empat nama telah muncul dalam proses seleksi menjadi Sekda Pemerintah Kota Bekasi. Diantaranya Asisten Daerah I Pemkot Bekasi Lintong Dianto Putra, Asda II Inayatullah, kemudian Kadiskominfo Kota Bekasi Hudi Wijayanto dan terakhir Kadistaru Kota Bekasi Junaedi yang kini juga menjabat sebagai Pj. Sekda.
“Kita tahu masing-masing track record keempat nama tersebut. Tentu kita dukung yang terbaik, tetapi nama Junaedi tidak layak menjadi Sekda definitif,” ucap aktivis mahasiswa asal kampus Universitas Pelita Bangsa, Muhammad Ali.
Dikatakan Muhammad Ali, penolakan terhadap Junaedi bukan berdasar sentimen atau tendensius. Namun dirinya mengungkap ada peristiwa yang tidak baik dilakukan oleh Junaedi.
“Saya kira publik ingat peristiwa saat HUT Kota Bekasi 2015 silam. Tentu ini jadi rekam jejak yang membuat miris. Ini persoalan mental, jika pimpinan tertinggi ASN bermental tidak baik, bisa dipastikan kinerjanya pun tidak baik,” pungkasnya.