Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap penyakit kusta, meskipun tren kasusnya menunjukkan penurunan.
Sepanjang semester pertama tahun 2025, dari Januari hingga Juni, tercatat ada 55 kasus kusta baru yang ditemukan di seluruh fasilitas kesehatan (faskes) tingkat Puskesmas di Kota Bekasi.
Temuan ini merupakan hasil dari upaya skrining aktif dan pelaporan rutin yang dilakukan untuk mengendalikan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae ini.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tren Penurunan Kasus dan Dominasi Usia Dewasa
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bekasi, Vevie Herawati, menyatakan bahwa angka temuan tahun ini menunjukkan tren yang positif jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Penemuan 55 kasus baru dari Januari hingga Juni 2025 ini terbilang lebih rendah dibandingkan total temuan sepanjang tahun 2024 yang mencapai 132 kasus. Data ini mengindikasikan bahwa kasus kusta pada tahun 2025 cenderung mengalami penurunan,” ujar Vevie kepada rakyatbekasi.com saat dikonfirmasi pada Kamis (24/07/2025).
Dari total 55 kasus tersebut, mayoritas penderita berasal dari kelompok usia dewasa, yaitu sebanyak 53 kasus.
“Sementara itu, berdasarkan data Sistem Informasi Penyakit Kusta (SIPK), 2 kasus lainnya terdeteksi pada kelompok usia anak di bawah 14 tahun,” tambahnya, mengklarifikasi data demografi penderita.
Gejala, Penyebab, dan Penularan yang Perlu Diketahui
Vevie menekankan pentingnya edukasi publik agar masyarakat dapat mengenali gejala awal kusta. Penyakit ini terutama menyerang kulit, saraf tepi, mata, dan saluran pernapasan atas.
Penularan terjadi melalui percikan ludah atau dahak (droplet) dari penderita yang belum diobati dalam kontak yang erat dan waktu lama.
Beberapa gejala utama penyakit kusta yang harus diwaspadai antara lain:
- Munculnya bercak pada kulit yang berwarna lebih terang (putih) atau kemerahan.
- Area bercak tersebut mengalami mati rasa atau berkurangnya kemampuan merasa (tidak terasa saat disentuh, ditusuk, atau terkena panas/dingin).
- Kelemahan atau kelumpuhan pada otot tangan dan kaki.
- Masalah pada mata yang bisa menyebabkan kekeringan dan jarang mengedip.
Langkah Mitigasi dan Skrining Aktif Dinkes Kota Bekasi
Untuk menekan penyebaran lebih lanjut dan menemukan kasus sedini mungkin, Dinkes Kota Bekasi secara aktif melakukan berbagai langkah pencegahan dan pengendalian.
“Kami tidak menunggu laporan pasif, tetapi proaktif di lapangan,” tegas Vevie. Beberapa strategi utama yang dijalankan meliputi:
- Skrining Kontak Erat: Petugas Puskesmas melacak dan memeriksa orang-orang yang tinggal serumah atau sering berkontak dengan pasien kusta.
- Skrining Anak Sekolah: Pemeriksaan kusta diintegrasikan dengan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di tingkat Sekolah Dasar (SD).
- Pelayanan Tuntas: Seluruh Puskesmas di Kota Bekasi telah mampu memberikan pelayanan tata laksana pengobatan kusta secara komprehensif.
Kusta Dapat Disembuhkan, Deteksi Dini Kunci Cegah Cacat
Pesan terpenting yang ingin disampaikan Dinkes adalah bahwa kusta dapat disembuhkan total dan pengobatannya disediakan gratis oleh pemerintah.
Terapi menggunakan kombinasi beberapa obat (Multi-Drug Therapy/MDT) yang harus dikonsumsi secara teratur selama 6 hingga 12 bulan.
Penemuan dan penanganan dini merupakan kunci utama untuk mencegah terjadinya kecacatan permanen yang sering dikaitkan dengan penyakit ini.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak ragu dan tidak takut memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat jika menemukan gejala-gejala yang mengarah pada kusta. Pengobatan yang cepat dan tuntas adalah kunci utama untuk sembuh total dan memutus mata rantai penularan di lingkungan sekitar.
Eksplorasi konten lain dari Rakyat Bekasi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.