“Video deepfake ada dimana-mana sekarang. Anda mungkin pernah melihatnya; video selebriti yang melakukan atau mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan,” kata Staf ilmuwan peneliti senior di Intel Labs, Ilke Demir dalam postingan blognya, dikutip Rabu (24/01/2024).Teknologi ini bekerja dengan mencari tanda-tanda autentik dalam video nyata, seperti “aliran darah” halus dalam piksel, yang berubah warna saat jantung memompa darah.Sinyal aliran darah ini dikumpulkan dari seluruh wajah dan diterjemahkan oleh algoritma ke dalam peta spatiotemporal untuk mendeteksi keaslian video.Selain itu, Microsoft juga telah mengembangkan Alat Otentikator Video yang canggih.Alat ini dapat menganalisis foto atau video diam untuk memberikan skor keyakinan yang menunjukkan apakah media telah dimanipulasi.Alat ini mendeteksi batas pencampuran elemen deepfake dan perubahan halus pada skala abu-abu yang tidak terdeteksi oleh mata manusia, memberikan skor kepercayaan secara real-time.Namun, dengan kemajuan teknologi AI generatif yang semakin pesat, layanan detektor ini menghadapi tantangan berat untuk menyamai kemampuan AI terbaru.Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk mendapatkan edukasi agar tidak terkecoh dengan konten buatan AI.Regulasi yang kuat dalam pengembangan AI juga diperlukan untuk memastikan teknologi ini dimanfaatkan secara bertanggung jawab.
Eksplorasi konten lain dari RakyatBekasi.Com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

























