JAKARTA – Ekonom senior UI, Faisal Basri mendukung rencana pemerintah mengerek naik harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Namun, kenaikannya tidak sampai 30 persen. Berat untuk rakyat.
Kalau tak ada aral, pemerintah akan mengumumkan kenaikan harga Pertalite dan Solar (BBM subsidi) sebesar 30 persen. Di mana, Pertalite akan dibanderol Rp10 ribu per liter.
“Kalau Pertalite naiknya sampai Rp10 ribu per liter,atau naik 30 persen, siapa yang enggak nyesek? Coba kalau dulu naik 100, turun 200, naik terus, gitu,” ujar Faisal di Jakarta, Senin (29/08/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya dia mempertanyakan, kenapa pemerintah menahan harga Pertalite tidak naik hingga lima tahun terakhir. Kebijakan ini sama dengan menumpuk masalah.
“Pemerintah saat ini, menimbun masalah selama lima tahun. Harga BBM dan tarif listrik ditahan demi dipuji-puji, sekarang ongkosnya tinggi. Karena menimbun masalah,” ujar Faisal.
Menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) awalnya menentukan harga BBM disesuaikan secara otomatis per tiga bulan dan listrik per bulan. Dengan cara tersebut, maka kenaikan harga BBM dan listrik bisa diprediksi. “Sekarang aturan itu dicampakkan semua sama Pak Jokowi,” ujarnya.
Selanjutnya Faisal memprediksikan, kenaikan harga Solar bisa berdampak lebih besar ke inflasi karena konsumen didominasi oleh kendaraan angkutan. Berbeda halnya dengan Pertalite.
Oleh karena itu, kenaikan harga Solar diperkirakan berdampak pada logistik, sehingga bisa mengakibatkan harga barang lainnya naik. “Pertalite itu tidak akan menimbulkan inflasi yang spiral. Solar kan (buat) harga barang naik, sehingga inflasinya naik lebih cepat,” tegasnya. (*)