Poin ini dan beberapa poin lain baik sebelum atau sesudahnya akan dapat mudah dipahami jika menyimak ulasan penulis secara keseluruhan, terkhusus tentang ta’awwudz.
Pembahasan tentang Islam, akhlak, dan dunia secara kesejatiannya akan membantu pembentukan pemahaman termasuk berkaitan dengan kekosongan angan-angan, yang tidak hanya merupakan keinginan pribadi yang sesungguhnya ada fitrahnya, namun juga hawa nafsu yang tidak lepas dari sebut istilah yang sering digunakan penulis dengan bisikan-bisikan.
Ketiga, ingatan masa lalu, sebagaimana pada langkah kedua, berupa angan-angan kosong, pada langkah ketiga ini berupa membangkitkan angan-angan kosong.
Musik yang melankolis dipadukan dengan lirik-lirik menjadi satu ke satuan berupa nyanyian. Berisi kenangan pendengar yang menikmatinya seolah dibawa ke kehidupan di alam masa lalu, entah itu suatu kesakitan, perasaan sedih atau suatu penyesalan.
Jika manusia dapat lolos dari godaan pada poin dua, setan akan berpacu dengan langkah ketiga ini. Perasaan rindu, atau sekedar ingin mengingat berbagai kejadian di masa lalu, yang bahkan mungkin tidak banyak memiliki makna dan bisa jadi jauh dari manfaat, bercampur aduk penuh emosi, itulah bagian dari angan-angan kosong. Dihadirkannya rasa senang cinta dan untuk senantiasa melakukan dan melakukannya lagi.
Sebenarnya, musik pada sisi lain dapat bersifat mengganggu ketenangan dan suasana kondusif dari suara-suaranya. Berbagai aktivitas dapat dilakukan dengan nyaman dengan tanpa ada gangguan suara.
Maka nyanyian setan akhirnya digolongkan tercela, selain bersifat mengganggu dan merupakan ekspresi gila atau kegilaan.
Sehingga, khususnya musik sering kali dijadikan alat untuk tujuan tertentu selain sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, sebagian lagi masih bersifat misterius; semisteri apa tujuan tersebut selain kehancuran, kerugian dan kebinasaan?!
Penulis : Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. [Penulis Lepas Yogyakarta]
Halaman : 1 2