Generasi Muda di Asia-Afrika Pilih Nonton TikTok Ketimbang Baca Berita, Termasuk Indonesia?

- Jurnalis

Rabu, 19 Juni 2024 - 13:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti senior Reuters Institute for the Study of Journalism Nic Newman dalam sesi diskusi panel Forum Media Global 2024 (GMF24) di Pusat Konferensi Dunia di Bonn (WCCB) pada Selasa (18/06/2024). (Foto: Antara)

Peneliti senior Reuters Institute for the Study of Journalism Nic Newman dalam sesi diskusi panel Forum Media Global 2024 (GMF24) di Pusat Konferensi Dunia di Bonn (WCCB) pada Selasa (18/06/2024). (Foto: Antara)

Generasi muda di kawasan Asia dan Afrika ternyata malas baca berita, mereka disebut lebih memilih mempercayai konten informasi yang disajikan melalui video media sosial.

“Karena melalui video lebih cepat mendapatkan informasi,” kata peneliti senior Reuters Institute for the Study of Journalism Nic Newman terkait konten video di media sosial dalam sesi diskusi panel Forum Media Global 2024 (GMF24) di Pusat Konferensi Dunia di Bonn (WCCB) pada Selasa (18/06/2024).

Menurut Nic,survei ini dilakukan secara daring kepada 2.000 responden berbahasa Inggris di sepuluh negara pengguna antara lain Thailand, Kenya, Malaysia, Indonesia, dan Afrika Selatan dengan pertanyaan terkait platform yang sering digunakan untuk mendapatkan berita.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hasilnya, sebanyak 23 persen dari responden berusia 18-24 tahun menyatakan memanfaatkan TikTok untuk mendapatkan berita.

Sementara 43 persen menggunakannya untuk segala pencarian, dan sisanya untuk hal lain.

Survei juga mengungkap tiga pertimbangan dari respondennya yang lebih memilih untuk melihat tayangan di media sosial.

Pertama karena dinilai tanpa ada rekayasa dan tidak ada bias, maupun agenda tertentu dalam konten.

“Mengapa mereka menyukai tayangan karena rasa percaya. Alasan lain juga karena menilai tidak ada agenda tertentu dari media arus utama,” kata Nic.

Hal kedua yakni karena tayangan berdurasi pendek menyajikan konten secara ringkas sehingga lebih mudah dicerna.

“Namun hal itu juga tergantung algoritma yang menyajikan konten relevan sesuai dengan keinginan personal,” ujar Nic terkait variasi konten yang disajikan di media sosial.

Selanjutnya hal ketiga yakni terkait beragam perspektif dan kelengkapan konten dalam platform media sosial.

“Mereka bisa menemukan hampir semua topik dari beragam perspektif. Video panjang untuk konten khusus berkedalaman, sementara video pendek untuk pratinjau,” tulis laporan itu.

Follow WhatsApp Channel rakyatbekasi.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Meta Umumkan Bakal Banjiri Konten Politik di Instagram dan Threads
Waspada! Penipuan Artificial Intelligence 2025 makin Pintar, Bisa Tiru Wajah dan Suara Anda
Kabar Gembira di Awal Tahun 2025, 76 Negara ini Bebas Visa bagi Pemegang Paspor Indonesia
Google Bayar Rp1,1 Triliun untuk Gunakan Berita dari Media Kanada
Sambut Tahun Baru 2025, Alfamidi Bekasi Gelar Cek Kesehatan Gratis
Ada Tokoh Ternama, Indonesian Hypnosis Centre (IHC) Kukuhkan 51 Instruktur Hipnosis Baru
Alfamidi Salurkan 32.000 Telur untuk Ratusan Anak Terindikasi Stunting
Google dan Apple Diminta Siap-siap Blokir TikTok pada Januari 2025

Berita Terkait

Senin, 13 Januari 2025 - 16:09 WIB

Meta Umumkan Bakal Banjiri Konten Politik di Instagram dan Threads

Kamis, 9 Januari 2025 - 09:49 WIB

Waspada! Penipuan Artificial Intelligence 2025 makin Pintar, Bisa Tiru Wajah dan Suara Anda

Senin, 6 Januari 2025 - 03:49 WIB

Kabar Gembira di Awal Tahun 2025, 76 Negara ini Bebas Visa bagi Pemegang Paspor Indonesia

Minggu, 5 Januari 2025 - 05:58 WIB

Google Bayar Rp1,1 Triliun untuk Gunakan Berita dari Media Kanada

Jumat, 3 Januari 2025 - 16:26 WIB

Sambut Tahun Baru 2025, Alfamidi Bekasi Gelar Cek Kesehatan Gratis

Berita Terbaru

error: Content is protected !!