Bekasi, Rakyatbekasi.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi kini tengah mempercepat penyelesaian sejumlah proyek infrastruktur pengendali banjir, seperti pembangunan folder air dan turap.
Langkah ini diambil sebagai upaya antisipasi menghadapi potensi curah hujan tinggi yang diprediksi akan terjadi pada akhir tahun 2025.
Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menegaskan bahwa seluruh sumber daya dikerahkan untuk memastikan proyek-proyek vital ini dapat berfungsi optimal saat musim hujan tiba, terutama di titik-titik rawan genangan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Fokus Pengerjaan di Titik Rawan Banjir
Saat ditemui di Plaza Pemkot Bekasi pada Senin (03/11/2025), Tri Adhianto merinci beberapa lokasi yang menjadi prioritas utama. Proyek-proyek ini dikejar target penyelesaiannya untuk memitigasi risiko banjir secara signifikan.
”Hari ini kita memang kebut penyelesaian beberapa folder air. Fokusnya ada di Rawalumbu, kemudian Bekasi Timur, dan dua lokasi di Bekasi Barat yang sedang kami optimalisasi, termasuk pengerukan sedimen sungai,” ucap Tri.
Selain pembangunan folder, ia menambahkan bahwa tim dari Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) juga terus melakukan pengerukan di wilayah Bekasi Utara dan Medan Satria. Alat-alat berat bahkan telah beroperasi selama hampir lima bulan tanpa henti.
”Hasilnya sudah mulai terlihat, genangan air relatif lebih terkendali. Mudah-mudahan curah hujannya tetap adaptif, karena hujan tidak bisa kita kontrol,” sambungnya.
Tantangan Lintas Batas dan Masalah Sampah
Tri Adhianto mengakui bahwa penanganan banjir di Kota Bekasi tidak hanya soal infrastruktur internal, tetapi juga menghadapi dua tantangan eksternal yang kompleks: masalah perbatasan wilayah dan perilaku masyarakat.
Penyempitan Aliran di Perbatasan Kabupaten
Salah satu persoalan klasik adalah adanya penyempitan aliran sungai di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bekasi. Hal ini menyebabkan air dari Kota Bekasi tertahan dan meluap.
”Persoalan yang sering kita hadapi adalah penyempitan di wilayah Kabupaten. Ini menjadi PR tersendiri, bagaimana kita mengoptimalkan komunikasi dengan pemerintah Kabupaten agar di wilayah perbatasan ini bisa ditangani bersama. Salah satu contoh yang sudah berjalan adalah di Kali Busa,” jelasnya.
Sampah Masih Jadi Musuh Utama
Kendala terbesar lainnya, menurut Tri, adalah rendahnya disiplin sebagian masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan ke kali. Perilaku ini membuat upaya pengerukan menjadi sia-sia.
”Ini yang ironis. Baru saja dikeruk dan dibersihkan, ternyata belum sampai seminggu sudah penuh lagi dengan sampah,” keluhnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk membangun kesadaran bersama. Membuang sampah ke sungai tidak hanya membuat pemerintah bekerja dua kali, tetapi juga menimbulkan masalah lain seperti pencemaran air, gangguan kesehatan akibat bau tak sedap, dan merusak keindahan kota.
”Buanglah sampah di tempat yang sudah disediakan, nanti juga akan kami angkut. Jika dibuang ke sungai, dampaknya jauh lebih merugikan bagi kita semua,” pungkas Tri.
Menurut Anda, hukuman atau sanksi apa yang paling efektif untuk memberikan efek jera bagi pembuang sampah di sungai? Sampaikan pendapat Anda di kolom komentar!
Eksplorasi konten lain dari RakyatBekasi.Com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.































