Pemuda dalam Lingkaran Dinasti dan Politik Identitas

- Jurnalis

Jumat, 24 November 2023 - 14:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Beberapa bulan belakangan ini kita disuguhkan oleh drama politik para elit yang membuat kita bertanya untuk siapakah mereka berdrama? Ada yang bicara tentang ke’gemoy‘an hingga perubahan aturan agar anak muda bisa memimpin dan jangan lupa, ada bayang-bayang kelompok intoleran dengan baju politik identitas.

Lantas bagaimana anak muda dan aktivis seperti kita menanggapi fenomena tersebut?

Sebagai pemuda yang lahir dari keluarga biasa saja dan butuh proses keras hingga bisa seperti ini. Saya menilai, bahwa kita tetaplah tidak akan menjadi apa-apa bila mendukung orang yang lahir dari proses yang singkat dan mengunakan segala cara untuk menang, berproses dengan baik bukan mengakali apapun demi berkuasa.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Himyar Arsenio Kamaka dan Rajendra Anantadewa merupakan sedikit nama dari banyak nama anak muda Indonesia yang berprestasi di dunia internasional. Lantas apakah mereka bisa berprestasi dengan cara mudah? Tentu saja tidak, mereka butuh perjuangan dengan keringat dan air mata. Maka hal seperti itulah yang harus dipercontohkan kepada pemuda indonesia, bukan hanya sebatas viral tanpa ide dan gagasan.

Saya ingat betul banyak meme tentang anak tangga yang dinaiki oleh dua orang anak. Anak pertama menapaki anak tangga dengan susah payah karena tidak punya koneksi dan tentunya dirinya bukan anak siapa-siapa. Sedangkan anak yang kedua, lincah kakinya seraya menari menaiki anak tangga tanpa susah payah dengan bermacam gaya, hanya karena dirinya anak “seseorang”. Dan ternyata itu betul gambaran indonesia saat ini.

Para elit bertanggung jawab membentuk pemuda yang mau bekerja keras untuk menggapai sesuatu, bukan membentuk pemuda yang doyan bicara “Bapak gw si anu loh”. Lantas kapan kita akan menjelma jadi negara maju bila pemudanya selalu bicara itu.

Kita butuh pemuda yang tampil dengan ide dan gagasan, bukan hanya sebatas viral tapi kosong.

Dengan predikat sebagai seorang agen perubahan kontrol sosial yang disandangnya sejak dulu kala, pemuda memiliki tugas yang sangat berat dalam proses membangun bangsa. Bahkan dengan berkembangnya teknologi saat ini, maka tugas pemuda menjadi lebih berat lagi karena harus memiliki kemauan dengan berbagai kemampuan (multi tasking). Oleh karena itu, pemuda haruslah betul-betul menjalani proses belajar, kalau kata Prof Mahfud, naik tangga harus step by step.

Bangsa kita dibangun dengan mempersatukan semua kekuatan yang ada di Nusantara. Baik itu kekuatan beragam sukunya, bahkan kekuatan agamanya. Kita dikenal dengan kemajemukan dengan bahasa Bhineka Tunggal Ika yang tetap harus kita jaga agar Indonesia tidak kehilangan arah.

Beberapa tahun lalu, kita hampir saja tenggelam karena proses politik kofar kafir, proses politik yang tidak sehat karena berujung pada terpecahnya kerukunan umat beragama.

Dan hari ini saya berpikir, pemuda harus berani berada di garis kerukunan tersebut. Kita harus bersama-sama untuk menjaga bangsa ini dari perpecahan, agar nanti kita tetap bisa melihat merah putih berkibar dengan gagahnya setiap peringatan 17 agustus, bukan bercerita tentang dulu ada negara luas yang punya banyak suku dan bahasa bernama Indonesia, sayang negara itu sudah tiada.

Kita berkewajiban memberi pemahaman politik kepada masyarakat, agar masyarakat bisa menjalani proses politik dengan riang gembira.

Pada dasarnya, Indonesia dibangun dengan darah dan air mata dari para pendahulunya yang berproses dari nol. Perjuangan mereka tidak instan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini.

Bung Karno pernah dipenjara dalam memperjuangkan ide dan gagasannya. Tan Malaka menjadi buronan internasional dalam memperjuangkan kemerdekaan indonesia. Keduanya menghabiskan masa mudanya dengan penuh epos perjuangan.

Hal seperti itulah yang harus dicontoh. Kita tidak melulu harus berjuang di jalan politik, kita bisa berjuang atas nama bangsa dengan keilmuan yang kita miliki.

Kalau kata Bung Karno, kita harus bisa Berdikari (Berdiri di atas kaki sendiri), masyarakat harus bisa menilai kita dari apa yang kita bisa lakukan. Percayalah, karena proses tidak akan mengkhianati hasil.


Eksplorasi konten lain dari RakyatBekasi.Com

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Penulis : Bung Jesa [Ketua DPC Pemuda Demokrat Kota Bekasi]

Follow WhatsApp Channel rakyatbekasi.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

​ID Pers Jurnalis CNN Dicabut Usai Tanya Kasus MBG ke Presiden Prabowo, Kebebasan Pers Dipertaruhkan
Penonaktifan vs Recall Anggota DPR: Manuver Politik atau Langkah Hukum?
Kekerasan Polisi “Police Brutality” Secara Kolektif Terhadap Demonstran
Ancaman bagi Pelaku Pelecehan Seksual Anak: Pidana Penjara Hingga 15 Tahun dan Denda Miliaran Rupiah
Membongkar Paradoks Korupsi K3: Analisis Kasus OTT Wamenaker Immanuel Ebenezer
Vonis Tom Lembong dan Perdebatan Mens Rea: Benarkah Niat Jahat Belum Terbukti?
Media Sosial vs Media Tradisional: Siapa Pemenang di Era Disrupsi Informasi?
Ancaman 15 Tahun Penjara dan Denda Rp5 Miliar: Jerat Hukum Pelaku Pelecehan Seksual Anak

Berita Terkait

Senin, 29 September 2025 - 15:25 WIB

​ID Pers Jurnalis CNN Dicabut Usai Tanya Kasus MBG ke Presiden Prabowo, Kebebasan Pers Dipertaruhkan

Selasa, 9 September 2025 - 11:38 WIB

Penonaktifan vs Recall Anggota DPR: Manuver Politik atau Langkah Hukum?

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 08:51 WIB

Kekerasan Polisi “Police Brutality” Secara Kolektif Terhadap Demonstran

Rabu, 27 Agustus 2025 - 14:49 WIB

Ancaman bagi Pelaku Pelecehan Seksual Anak: Pidana Penjara Hingga 15 Tahun dan Denda Miliaran Rupiah

Minggu, 24 Agustus 2025 - 11:04 WIB

Membongkar Paradoks Korupsi K3: Analisis Kasus OTT Wamenaker Immanuel Ebenezer

Berita Terbaru

Eksplorasi konten lain dari RakyatBekasi.Com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca