JAKARTA – Hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) memperkirakan bahwa penjualan Internet Service Provider (ISP) akan mengalami pertumbuhan pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sekretaris Jenderal APJII, Zulfadly Syam, mengungkapkan bahwa survei internal anggota APJII tersebut memprediksi kenaikan penjualan ISP tahun 2023 sebesar 8,80 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Zulfadly mengatakan bahwa estimasi tahun 2022 sebesar 31,38 persen akan menjadi 40,20 persen pada tahun 2023, dengan tambahan 8,80 persen anggota yang meyakini omzet akan naik 20 hingga 50 persen pada tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kendati demikian, kata dia, survei anggota APJII pada tahun 2022 memprediksi penurunan penjualan ISP sebanyak 7,95 persen, sementara pada tahun 2023 diprediksi akan menurun sebanyak 6,70 persen.
“Estimasi tahun 2022 sebanyak 31,38 persen menjadi 40,20 persen di tahun 2023. Ada tambahan 8,80 persen anggota yang meyakini omzet akan naik 20 hingga 50 persen tahun ini,” kata Zulfadly Syam ketika menyampaikan hasil “Survei ISP Industry dan Market Profile” di Jakarta, Kamis (30/03/2023) malam.
Lebih lanjut, anggota APJII yang memprediksi penjualan ISP meningkat mulai dari 0 sampai 20 persen pada tahun 2023 mencapai 39,30 persen.
Sementara itu, anggota yang memprediksi peningkatan mulai dari 50 hingga 100 persen sebanyak 10,90 persen, dan prediksi peningkatan penjualan ISP di atas 100 persen sebanyak 2,90 persen.
Menurut Zulfadly, hasil survei tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong digitalisasi di segala bidang, serta peningkatan konsumsi internet di Indonesia yang terus meningkat selama pandemi.
“Ini sejalan dengan upaya pemerintah mendorong digitalisasi di segala bidang. Faktor lainnya adalah pandemi yang membuat penetrasi digital terus meningkat,” ujarnya.
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa mayoritas responden memperkirakan pertumbuhan industri ISP pada tahap Growing Stage (industri ISP akan bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi) sebanyak 50,63 persen.
Sedangkan Starting up Stage (industri bertumbuh namun pertumbuhannya masih relatif rendah) sebanyak 23,85 persen.
Sebanyak 20,92 persen responden menganggap Shakeout Stage (industri bertumbuh tetapi sudah mulai stagnan), dan sisanya menganggap industri tidak lagi bertumbuh dan bahkan mengalami penurunan pada tahap Maturity Stage dan Declining Stage.
Survei ini melibatkan 562 responden anggota APJII dari seluruh Indonesia, dari total 894 anggota. Survei dilakukan bersama dengan SRA Consulting melalui metode blasting secara online. (*)