Pengamat Politik yang pernah memimpin Golkar Milenial Kota Bekasi, Syahrul Ramadhan, merasa miris dengan kondisi Golkar Kota Bekasi di bawah kepemimpinan Ade Puspitasari.
Buluk, sapaan akrabnya, menilai bahwa Ade sebagai Ketua Golkar Kota Bekasi gagal total dalam menakhodai dan menjaga tren positif Golkar dalam gelaran Pilkada di Kota Bekasi.
Golkar Kota Bekasi yang mengusung UU Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni hanya meraih 6 persen atau kurang lebih 60 ribu suara di Pilkada Kota Bekasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sebagai pengamat, tentunya kita harus objektif, meski darah Golkar mengalir dalam diri saya. Saya katakan Golkar gagal di Pilkada Kota Bekasi karena Ade Puspitasari tidak mengakar ke akar rumput dan arahannya tidak diikuti oleh kader dan simpatisan Golkar,” ucap Buluk.
Bahkan, dari irisan pemilih Golkar Kota Bekasi, kata dia, terbelah tidak satu ceruk di Paslon nomor 2. Dari sumber yang dapat dipercaya, dukungan real Ade Puspitasari malah banyak mendorong pemilih Golkar mencoblos nomor urut 1, Heri – Sholihin.
“Tentunya DPP Golkar harus mengevaluasi hasil Pilkada di Kota Bekasi dan bisa memberikan teguran keras kepada Ade Puspitasari karena Golkar kehilangan posisi sebagai orang nomor 1 di Kota Bekasi,” bebernya.
Sedari awal, lanjut Buluk, Golkar Kota Bekasi di bawah arahan Ade tidak serius menatap Pilkada Kota Bekasi. Buktinya, banyak kader potensial di Golkar Kota Bekasi, namun sosok UU yang tidak dikenal diambil Golkar sebagai Calon Wali Kota Bekasi.
“Kota Bekasi itu identik dengan Golkar. Hanya di bawah kepemimpinan Ade Puspitasari, kepala daerah lepas dari Golkar,” paparnya.
Sebagai pengamat, Buluk menyarankan agar DPP Golkar segera mengambil sikap. Hal ini penting, kata dia, karena menyangkut posisi tawar Golkar di Kota Bekasi.
“Harus segera dievaluasi, karena ini menyangkut nama besar Golkar di Kota Bekasi. Terkait mekanismenya itu ranahnya DPP Partai Golkar,” tutupnya.