Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tetap meyakini mampu berbicara banyak di perhelatan Pemilu 2024. Hal ini terutama meyangkut keyakinan mengantongi suara minimal sama dengan raihan pada Pemilu 2014 lalu.
“Kalau target kita minimal sama seperti perolehan pemilu 2014 dan PPP yakin lolos dari Parliamentary Threshold (PT),” kata Ketua DPP PPP Achmad Baidowi, Sabtu (07/01/2023).
Awiek sapaan akrabnya, mengakui hasil survei sejumlah lembaga kerap memprediksi PPP akan gagal meraih empat persen suara yang menjadi syarat lolos PT atau ambang batas parlemen di Pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tapi kalau versi KPU, ketika hasil pemilu kita selalu lolos. Karena pemilih kita banyak di daerah-daerah terpencil yang tidak termonitor lembaga survei,” ujar Awiek.
Berdasarkan penetapan KPU RI terkait hasil perolehan suara Pemilu Legislatif 2014, PPP mengantongi suara 8,4 juta suara atau tepatnya 8.402.812 (6,53 persen).
Sementara, pada Pemilu Legislatif 2019, PPP mengalami kemerosotan perolehan suara. Partai ini meraih 6,3 juta suara atau tepatnya 6.323.147 (4,52 persen).
Sejalan dengan itu, Awiek menyebut, partai berlambang Ka’bah itu terus pembenahan internal. Terlebih, PPP saat ini sudah berusia 50 tahun. Momentum peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-50 pada Kamis (05/01/2023) lalu juga menjadi ajang konsolidasi struktural partai hingga mencari tokoh petarung jelang Pemilu 2024.
Lebih lanjut Awiek menyebutkan bahwa hingga hari ini, pihaknya terus melaksanakan kaderisasi dengan menggaet para generasi muda milenial.
“Kaderisasi tetap jalan karena hari ini, Anda belum lihat tokoh-tokoh mudanya. Saya sendiri ini apa, yang tokoh tua itu siapa? Kan kalau dilihat kepengurusan DPP hari ini itu 70 persen diisi anak muda,” tegasnya.
Awiek juga menyebut bahwa kepanitiaan Harlah PPP juga terdiri dari 90 persen generasi muda.
“Tidak benar kalau kaderisasi PPP itu mandek. Kita selalu melakukan kegiatan latihan kader terbaru. Kita gelar pelatihan kader di Yogja dan pelatihan kader yang dilakukan oleh banom-banom partai,” terangnya.
Sementara itu, Analis Politik sekaligus Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago memandang bahwa PPP perlu meyakinkan publik jika tidak ingin mengulang peraihan suara seperti Pemilu 2019. Salah satunya menyangkut tentang meyakinkan warga masyarakat bahwa PPP merupakan partai yang mewakili umat Islam.
“Bahwa PPP ini dianggap sebagai basisnya umat Islam, punya narasi ideologis yang kuat. Oleh karena itu, kedekatannya dengan pemilih Islam tentu juga akan dicitrakan (melalui) bagaimana PPP itu memang perwakilan partai dari umat Islam,” kata Arifki.
Sebab, pertarungan antar partai dalam merebut suara rakyat pada Pemilu 2024 mendatang, dipastikan kian ketat. Terlebih, munculnya partai berbasis Islam lain, yaitu Partai Ummat.
“Tapi munculnya partai-partai baru, partai Ummat dan partai berbasis islam yang ada tentu menjadikan kue pemilih yang akan dibelah, termasuk yang akan diperebutkan oleh partai-partai islam termasuk PPP,” tegasnya.
Untuk itu, Arifki mengakui PPP sudah sepatutnya melakukan sejumlah strategi dan mendekati pemilih-pemilih muda. Tujuannya, agar sehingga PPP tidak dianggap lagi sebagai partai orangtua.
PPP disebut dapat memaksimalkan konten politik yang edukatif kepada para pemilihnya. PPP juga bisa menyasar pemilih dari kalangan santri.
“Jika PPP mampu masuk dalam narasi-narasi yang dapat diterima oleh kelompok santri ini, dalam hal mendapatkan suara dan juga narasi-narasi yang didukung oleh pemilih muda, bahwa PPP ini mempunyai masa depan. Ini yang harus dilakukan oleh PPP agar bisa diterima oleh pemilih muda atau pemilih pemula nantinya,” pungkasnya. (mar)