JAKARTA – Gelaran Formula E di Jakarta International E-prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta, Sabtu (04/06/2022) kemarin, menjadi peristiwa politik.
Pasalnya kehadiran elite politik turut menyedot perhatian, khususnya ketika Gubernur Anies Baswedan dan Ketua DPR Puan Maharani bertemu akrab, menonton balap dari tribun VVIP.
Posisi duduk keduanya yang diapit Presiden Jokowi dimaknai ramai tidak terkecuali para netizen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apalagi, terlihat Anies yang mulanya duduk di sebelah Jokowi menyerahkan kursinya untuk Puan yang hadir belakangan di tribun VVIP hingga keduanya terlibat percakapan kecil.
“Saya kira bukan kebetulan Mbak Puan berada di tengah, diapit Pak Jokowi dan Pak Anies. Apalagi selentingan kabar Anies yang mempersilakan Mbak Puan duduk di tengah-tengah mereka,” ujar pengamat politik, Fadhli Harahap, di Jakarta, Minggu (05/06/2022).
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) itu menilai, tidak berlebihan jika warganet membincangkan keduanya yang akrab, bahkan Puan mengajak Anies selfie. Pasalnya, terbuka kemungkinan adanya duet Anies-Puan pada Pilpres 2024.
Kehadiran Presiden Jokowi pada momen tersebut, kata dia, menambah seru analisa publik. Karena posisi PDI Perjuangan menjadi satu-satunya parpol yang bisa mengusung capres tanpa koalisi, sedangkan posisi Anies yang berpotensi menjadi capres, namun butuh kendaraan parpol.
“Pak Jokowi yang meskipun presiden, tetapi bukan ketua umum partai politik, sehingga tetap berkepentingan dengan Mbak Puan dan PDI Perjuangan di Pilpres 2024. Begitu juga Mas Anies, meski elektabilitas lumayan tinggi tetapi tidak ada kepastian partai pengusung, sehingga opsi mendekat ke Mbak Puan dan PDI Perjuangan adalah pilihan logis,” kata dia.
Poros Ancol
Sementara itu, Pengamat politik Hendri Satrio juga menganggap wajar jika ajang Formula E menjadi peristiwa politik. Hal ini dipicu karena banyaknya elite parpol yang hadir.
Kehadiran Presiden Jokowi, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Puan Maharani, Bambang Soesatyo dan Ahmad Sahroni dapat dimaknai bersatunya Poros Ancol menandingi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
“Jadi kalau kita kemudian menyebut itu pertemuan politik, saya menyebutnya Poros Ancol. Poros ini terjadi karena ada beberapa ketum parpol di sana,” ujar Hensat sapaan akrabnya.
Hensat meyakini gelagat Poros Ancol bisa terbentuk karena kendati PDI Perjuangan dapat mengusung capres sendiri, namun tetap membutuhkan parpol lain. Begitu pula jika PDI Perjuangan berniat mengusung Anies-Puan.
“Kalau misalkan Anies-Puan terjadi, ini kan bisa saja dari PDI Perjuangan sendiri atau koalisi parpol lainnya misalnya Nasdem, Demokrat, PKS, mungkin saja,” ungkapnya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya