Pola hidup sehat di kalangan masyarakat Indonesia tampaknya masih dilakukan dengan setengah hati. Banyak orang memahami pentingnya menjaga kesehatan, tetapi belum sepenuhnya menerapkan kebiasaan sehat secara konsisten dan berkelanjutan.
Hal ini menjadi perhatian khusus bagi dr. Ray Wagiu Basrowi, seorang ahli kesehatan yang baru saja meluncurkan buku berjudul “Sehat Setengah Hati” di Gramedia Metropolitan Mall Bekasi, pada Sabtu (14/06/2025).
Dalam sesi diskusi, Ray membagikan wawasan tentang pentingnya memahami perilaku kesehatan melalui pendekatan Health Belief Model (HBM).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Health Belief Model: Memahami Kebiasaan Sehat Masyarakat
Menurut Ray, Health Belief Model adalah pendekatan ilmiah yang menjelaskan bagaimana individu memaknai kesehatan berdasarkan pola pikir dan kebiasaan yang terbentuk dalam lingkungan sosialnya.
“Intinya adalah bagaimana kita memahami alasan orang malas berolahraga, tidak suka makan sayur dan buah, serta cenderung begadang tanpa pola tidur yang teratur. Semua ini wajar terjadi, karena tubuh manusia secara alami mencari kenyamanan dan kenikmatan,” jelas Ray.
Namun, ia menegaskan bahwa kebiasaan tersebut tidak dapat dibenarkan dalam jangka panjang. Konsep Health Belief Model membantu individu mengubah pola pikir, sehingga mereka bisa membangun kebiasaan sehat dengan pendekatan yang lebih realistis dan berkelanjutan.
Dukungan Ilmiah dan Studi Internasional
Health Belief Model bukanlah teori baru. Konsep ini telah diteliti sejak tahun 1950-an dan diterapkan di berbagai negara sebagai panduan dalam memahami perilaku masyarakat terhadap kesehatan.
“Konsep ini telah membantu banyak orang dalam memahami bagaimana hidup sehat dapat dilakukan secara bertahap, dengan strategi yang mampu menghindari hambatan psikologis dan sosial yang sering menghalangi perubahan kebiasaan sehat,” tambahnya.
Ray menegaskan bahwa masyarakat perlu diberikan edukasi yang tepat agar mereka dapat membentuk pola hidup sehat tanpa merasa terpaksa.
Target Pembaca: Usia Produktif 17-45 Tahun
Buku “Sehat Setengah Hati” dibuat berdasarkan penelitian demografi yang berfokus pada kelompok usia 17-45 tahun, atau usia produktif.
Menurut Ray, kelompok ini lebih mudah beradaptasi dengan kebiasaan sehat dibandingkan orang yang sudah berusia di atas 45 tahun.
“Usia produktif masih memiliki fleksibilitas untuk mengubah pola hidup sehat, sementara mereka yang berusia lebih dari 45 tahun hanya memiliki kemungkinan di bawah 20 persen untuk membentuk kebiasaan baru,” jelasnya.
Karena itu, buku ini diharapkan dapat menjadi panduan praktis dan berbasis penelitian bagi masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat dengan strategi yang lebih realistis dan bertahap.
Kesimpulan: Mewujudkan Hidup Sehat dengan Pendekatan yang Tepat
Dr. Ray Wagiu Basrowi berharap bahwa buku “Sehat Setengah Hati” dapat membuka kesadaran masyarakat akan pentingnya perubahan pola hidup sehat secara bertahap dan tanpa paksaan.
“Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang obyektif tentang kesehatan, sehingga mereka bisa memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan mereka sendiri,” pungkasnya.
Dengan edukasi yang tepat dan pendekatan ilmiah, perubahan gaya hidup sehat bukan hanya sekadar wacana, tetapi bisa diterapkan secara nyata dan berkelanjutan.
Ingin memahami bagaimana membangun kebiasaan sehat tanpa paksaan? Temukan jawabannya dalam buku “Sehat Setengah Hati” dan mulai perjalanan hidup sehatmu sekarang!