Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini menyebut kehati-hatian masyarakat ketika menjadi responden sebuah survei dalam menentukan pilihannya, menjadi pertanda bahwa situasi Pemilu 2024 saat ini sedang tidak baik-baik saja.
“Oleh karena itu, kita harus melakukan pencegahan dua hal, satu mencegah terjadinya kecurangan sebelum hari pemungutan suara, dan kedua meyakinkan pemilih kita bahwa bilik suara itu rahasia dan surat suara itu juga rahasia,” ujar Titi secara virtual dalam diskusi bertajuk ‘Anomali Perilaku Pemilih Pemilu 2024 dan Perbedaan Hasil Lembaga Survei’, dikutip di Jakarta, Kamis (25/01/2024).
Titi menekankan publik harus diyakinkan bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh siapapun, sehingga mereka memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk mengekspresikan pilihan politiknya di surat suara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tetapi, lanjut Titi, untuk mewujudkan bilik dan surat suara terjaga kerahasiaannya, maka penyelenggara pemilu harus dipastikan netral, profesional, dan berintegritas.
“Ajakan berikutnya adalah pada hari pemungutan suara kita bersama perlu membangun gerakan massal dan masif untuk mengawal TPS karena 14 Februari itu hari libur, jangan sekadar datang ke TPS untuk mencoblos,” kata Pengajar pemilu pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini.
“Ikuti prosesnya sampai bahkan hasil penghitungan suara diumumkan, foto hasilnya publikasikan, bisa menggunakan berbagai aplikasi yang disediakan oleh kelompok masyarakat sipil,” lanjut Titi.
Misalnya saja, sebut Titi, aplikasi Jaga Pemilu, Jaga Suara 2024, Jaga Suaramu, dan Peta Kecurangan Pemilu.
“Termasuk publikasikan di media sosial karena situasi kita jika berdasarkan anomali tadi, berarti pemilih kita tidak dalam situasi bebas. Karena tendensi itu sudah ada,” tegasnya.
“Maka hari H tidak hanya mengedukasi pemilih menggunakan hak pilih adalah sebuah keniscayaan, tapi tidak cukup itu saja, tetapi bagaimana kita mengawal agar suara kita betul-betul terjaga kerahasiaannya,” tutup Titi.