Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi menetapkan Puskesmas di Kecamatan Bekasi Barat sebagai pilot project percepatan penanganan stunting di wilayahnya.
Langkah ini bertujuan untuk menekan angka stunting dan meningkatkan layanan kesehatan bagi anak-anak yang terdampak.
Sekretaris Dinkes Kota Bekasi, Fikri Firdaus, menyampaikan bahwa program pilot project ini merupakan bagian dari rangkaian upaya percepatan penanganan stunting yang dilakukan oleh Dinkes Kota Bekasi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami ingin memastikan bahwa anak-anak di Kota Bekasi mendapatkan penanganan yang optimal untuk menekan angka stunting. Oleh karena itu, kami menunjuk Puskesmas Bekasi Barat sebagai pilot project dalam program ini,” ujarnya dalam acara Gebyar Penanganan Stunting dan Launching Integrasi Layanan Primer (ILP) tingkat Puskesmas yang berlangsung di Rhema Building Convention Center, Jakasampurna, Bekasi Barat, Kamis (24/04/2025).
Data terbaru menunjukkan bahwa angka stunting di Kota Bekasi saat ini mencapai 3.571 anak, namun berdasarkan update terbaru per April 2025, jumlah tersebut meningkat menjadi 4.000 anak.
Peningkatan ini, kata dia, menjadi tantangan bagi Pemerintah Kota Bekasi dalam upaya menekan angka stunting melalui program kesehatan yang lebih terstruktur.
Sebagai langkah awal, program pilot project ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari wilayah Jakasampurna, Bintara, dan Kranji, dengan jumlah peserta sebanyak 267 anak yang dipilih sebagai sampel dalam program ini.
“Kami melakukan tahap demi tahap untuk memastikan keberhasilan program. Tahap pertama telah dilakukan di Jakasampurna, kemudian berlanjut ke Bekasi Barat, terutama di wilayah Bintara dan Kranji. Saat ini, program ini menjangkau 267 anak yang menjadi peserta dalam skrining kesehatan,” ungkap Fikri Firdaus.
Dari hasil skrining terhadap 267 anak dalam pilot project, ditemukan bahwa 23 anak mengalami stunting akibat penyakit Tuberkulosis (TBC).
Oleh karena itu, lanjut dia, penanganan terhadap penyakit TBC menjadi prioritas utama sebelum pemberian asupan gizi .
“Kami harus menyembuhkan penyakitnya terlebih dahulu sebelum memberikan intervensi gizi. Jika penyakitnya tidak ditangani, maka asupan gizi yang diberikan tidak akan berpengaruh maksimal terhadap pemulihan anak dari stunting,” tambahnya.
Selain itu, 52 anak lainnya juga diketahui mengalami anemia, dengan penyebab yang bervariasi.
Dinkes Kota Bekasi, kata dia, akan melakukan skrining lebih dalam untuk mengidentifikasi faktor utama penyebab anemia tersebut.
“Anemia pada anak bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi cacing atau kekurangan zat besi. Kami akan melakukan skrining lebih dalam untuk mengetahui penyebab utama sehingga intervensi yang diberikan bisa lebih tepat sasaran,” jelasnya.
Program penanganan stunting yang dilakukan oleh Dinkes Kota Bekasi mendapat perhatian dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Kota Bekasi kini menjadi percontohan pertama di Jawa Barat dalam melakukan skrining percepatan penanganan stunting secara terstruktur .
“Kami sudah melaporkan hasil skrining ini kepada Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat. Hal ini penting agar strategi penanganan stunting bisa lebih optimal dan efektif, terutama dalam skala regional,” papar Fikri Firdaus.
Dinkes Kota Bekasi berharap program pilot project ini dapat memberikan dampak positif dalam mengurangi angka stunting dan membantu anak-anak mendapatkan penanganan kesehatan yang lebih baik.
Dengan koordinasi yang kuat antara pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan lainnya, Kota Bekasi berupaya untuk menjadi daerah dengan sistem penanganan stunting yang terintegrasi dan komprehensif.