JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa melontarkan kritik tajam terhadap sistem aplikasi perpajakan Coretax yang dinilai tidak mumpuni.
Untuk menguji dan memperbaiki sistem warisan era Menkeu Sri Mulyani tersebut, Purbaya mengambil langkah tidak biasa dengan merekrut peretas putih (white hacker) profesional.
Menurut Purbaya, sistem Coretax yang telah dikembangkan selama empat tahun oleh pihak asing rupanya sering bermasalah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia mengungkapkan bahwa pihak asing yang ditunjuk untuk menyelesaikan sistem tersebut bahkan tidak menemukan jalan keluar.
”Kita juga sudah panggil hacker kita, yang jago-jago, ini bukan orang asing. Orang Indonesia tuh hacker-nya jago-jago banget,” ujar Purbaya kepada wartawan di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (24/10/2025).
”Saya panggil yang ranking-ranking dunia itu yang jagoan… Dan sudah di-test, sudah lumayan,” tambahnya.
Kritik Kualitas Sistem: ‘Seperti Lulusan SMA’
Purbaya menjelaskan bahwa tim internal yang ditunjuk untuk memperbaiki sistem menemukan kejanggalan pada source code Coretax.
Ia bahkan menyebut kualitasnya tidak sebanding dengan reputasi pengembang asing.
”Komentarnya lucu deh, begitu mereka dapet source code-nya, dilihat sama orang saya. Dia bilang ‘wah ini programmer tingkat baru lulusan SMA’,” papar Purbaya.
Atas temuan itu, ia menyimpulkan bahwa pengembang asing yang dikontrak kemungkinan tidak menugaskan talenta terbaik mereka untuk proyek di Indonesia.
”Jadi yang dikasih ke kita bukan orang jago-jagonya kelihatannya. Jadi ya memang Indonesia lah sering dikibulin asing,” selorohnya.
Purbaya juga menyinggung soal masalah kritis yang sering dialami pengguna.
“Kesimpulannya yang saya bilang tadi, dari problem kritis yang sering dialami pengguna, itu sudah cukup banyak terasa sih, sesuai dengan target awal kita ya… depan bisa diberesin, tengah bisa diberesin, yang di bawah yang di LG gak bisa,” jelasnya.
Profil ‘Hacker’ Pilihan Menkeu
Menkeu Purbaya menceritakan pengalamannya dalam merekrut talenta siber.
Menurutnya, peretas yang ia rekrut untuk menangani Coretax memiliki rekam jejak yang telah teruji, meski latar belakang pendidikannya non-formal.
”Semakin pintar seorang hacker maka semakin tidak jelas sekolahnya,” katanya.
Ia menyebut peretas tersebut pernah menangani permasalahan serupa di Kemenko Polhukam dan pernah bekerja bersamanya saat di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) serta di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).
”Dia dilatih di Rusia 6 bulan kali. Khusus di tempat tertutup di sana. Jadi kayaknya KGB juga dia. Saya pakai di pertahanan kan aman. Jadi saya percaya dia,” ucap Purbaya.
Pernah Uji Retas Google dan LPS
Untuk menguji kemampuannya, Purbaya mengaku pernah menantang peretas tersebut untuk menguji jaringan LPS.
Selain talenta individu tersebut, Purbaya juga mengungkap pernah memanggil satu grup peretas lain yang terdiri dari 8 orang.
Grup ini, menurutnya, merupakan ranking 6 besar dunia di bidang peretasan etis.
”Jadi mereka biasa dipakai nge-hack untuk tes Google dan lain-lain. Yaudah, datang ke tempat saya,” tuturnya.
Langkah ini diambil untuk memastikan sistem perpajakan nasional yang menjadi tulang punggung penerimaan negara benar-benar andal dan aman dari celah kerentanan.
Ikuti terus berita ekonomi dan teknologi terbaru hanya di rakyatbekasi.com.
Eksplorasi konten lain dari RakyatBekasi.Com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.






















