KOTA BEKASI – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi mencatat adanya lonjakan kasus suspek chikungunya dengan total 172 laporan hingga Juli 2025.
Data ini dihimpun dari seluruh Fasilitas Kesehatan (Faskes) dan Puskesmas di berbagai wilayah di Kota Bekasi.
Angka ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bekasi, Vevie Herawati, menjelaskan bahwa laporan kasus ini terhimpun sejak bulan Januari hingga Juli 2025.
“Ada laporan kasus dari seluruh wilayah di Kota Bekasi, berdasarkan tingkatan kecamatan yang terhimpun oleh Dinas Kesehatan,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Pola Sebaran dan Upaya Pengendalian Dinkes Kota Bekasi
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kasus chikungunya di Kota Bekasi paling banyak menyerang kelompok usia produktif dan lanjut usia.
Berdasarkan data Dinkes, sebanyak 99 kasus terdeteksi pada usia 44 tahun ke atas, diikuti 55 kasus pada usia 15-44 tahun.
Sementara itu, kasus pada kelompok usia 5-14 tahun tercatat sebanyak 17 kasus, dan usia 1-4 tahun sebanyak 1 kasus.
Menanggapi situasi ini, Dinkes Kota Bekasi telah mengambil langkah-langkah proaktif. Vevie Herawati menyatakan,
“Upaya terkini yang dilakukan adalah mendistribusikan logistik seperti Rapid Diagnostic Test Chikungunya, larvasida, dan insektisida ke faskes. Kami juga gencar melakukan sosialisasi dan penyuluhan, baik secara langsung maupun melalui media sosial, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.”
Selain itu, Dinkes juga membuat kebijakan kewaspadaan dini untuk menghadapi potensi peningkatan kasus demam berdarah (DBD) dan chikungunya. Investigasi epidemiologi segera dilakukan jika ada laporan kasus baru.
Tren Peningkatan Nasional dan Peringatan Kemenkes RI
Lonjakan kasus ini sejalan dengan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang menunjukkan adanya tren peningkatan signifikan kasus suspek chikungunya secara nasional sejak awal 2025. Kenaikan ini dinilai terkait dengan musim penghujan yang memicu perkembangbiakan nyamuk.
Menurut data Kemenkes, provinsi dengan jumlah kasus suspek tertinggi adalah Jawa Barat dengan 6.674 kasus. Disusul oleh Jawa Tengah (3.388 kasus), Jawa Timur (2.903 kasus), Sumatera Utara (1.704 kasus), dan Banten (838 kasus). Peningkatan ini juga menjadi sorotan global, dengan laporan lonjakan kasus di negara-negara seperti Tiongkok dan Singapura.
Mengenal Gejala dan Pencegahan Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Meskipun jarang menyebabkan kematian, penyakit ini dapat menimbulkan gejala yang sangat melemahkan, seperti demam tinggi dan nyeri sendi hebat yang dapat berlangsung berbulan-bulan.
Untuk mencegah penularan, masyarakat diimbau untuk aktif dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Lakukan 3M Plus, yaitu:
- Menguras tempat penampungan air secara rutin.
- Menutup rapat tempat penampungan air.
- Mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air.
- Plus, menggunakan losion anti nyamuk, menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air, serta memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.
Dengan kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, diharapkan penyebaran chikungunya di Kota Bekasi dapat dikendalikan.
Eksplorasi konten lain dari RakyatBekasi.Com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



























