KOTA BEKASI – Data AirVisual IQAir melaporkan kualitas udara di Kota Bekasi, pada Rabu (29/05) pagi ini mendapat “rapot merah”, sebagai wilayah memiliki kualitas udara tidak sehat bagi manusia.
Dari data AirVisual IQAir, yang dilihat oleh RakyatBekasi.com, kualitas udara Kota Bekasi pukul 07.00 hingga 08.00 WIB berada di angka 69,8 secara PM2.5, berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.
Sekedar informasi, PM2.5 adalah merupakan partikel yang mengambang di udara dengan ukuran diameter 2,5 mikrometer atau kurang. Ukuran PM2.5 sangat kecil, sehingga dapat diserap ke dalam aliran darah saat bernapas. Karena alasan ini, biasanya polutan ini menimbulkan ancaman kesehatan terbesar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedangkan, berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara. Kualitas udara di Kota Bekasi pada waktu yang sama berada di angka 161.
Diketahui, AirVisual IQAirmerupakan situs daring penyedia peta polusi di dunia. AQI menjadi indeks yang menggambarkan tingkat keparahan kualitas udara di suatu wilayah.
Rentang nilai AQI mulai dari 0 sampai 500. Angka 0-50 adalah kualitas udara berkategori baik. 51-100 berkualitas sedang.
Sementara, nilai 101-150 menunjukkan kualitas udara tidak sehat untuk kelompok sensitif seperti orang mengidap penyakit paru dan jantung ataupun orang lanjut usia. Sedangkan nilai 151-200 masuk dalam kategori tidak sehat bagi semua orang.
Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kota Bekasi juga tengah menyiapkan beberapa langkah khusus kesiapan diri dalam menyambut masuknya musim kemarau yang diprediksi akan terjadi dari Bulan Mei hingga Agustus 2024 mendatang.
Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Kota Bekasi Dwie Andriyani mengatakan, bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (LH) untuk segera melakukan mitigasi langkah-langkah penanganan.
“Kita sudah koordinasi dengan LH kaitan dengan musim kemarau,” ucap Plh Sekda Kota Bekasi Dwie Andriyani saat dikonfirmasi RakyatBekasi melalui keterangan resminya, dikutip Rabu (29/05/2024) pagi.
Dwie menjelaskan bahwa potensi musim kemarau akan berdampak pada kondisi potensi cuaca panas. Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah sudah mencoba melakukan opsi terbaik dalam menyikapi musim kemarau.
“Antisipasinya, karena panasnya yang luar biasa, saya sudah kemarin dengan LH memang kita sudah mencoba antisipasi dengan terjadinya kebakaran atau apa. Jadi lebih banyak dengan teman-teman LH untuk segera menyelesaikan,” paparnya.