Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) Tahun 2025 menjadi ajang bagi lulusan SMA/SMK di seluruh Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Namun, di Kota Bekasi, seorang siswi SMK Negeri 6 Kota Bekasi, berinisial RI, harus menerima kenyataan pahit akibat kesalahan input nilai oleh pihak sekolah.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Bekasi, Christianto Manurung, mengungkapkan bahwa RI awalnya telah diterima di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melalui jalur SNBP. Namun, saat melakukan verifikasi nilai rapor, ditemukan perbedaan signifikan antara data yang diunggah oleh sekolah dan nilai asli yang dimiliki RI.
“Awalnya RI meminta nilai rapor ke sekolah untuk diunggah dan diverifikasi ke akademik UNJ. Namun, rapor yang diberikan oleh pihak SMK Negeri 6 Bekasi ternyata berbeda jauh dengan rapor asli. Akibatnya, data RI ditangguhkan oleh pihak UNJ, dan meskipun sudah mencoba memperbaiki kesalahan, ia tetap masuk daftar hitam,” ungkap Christianto.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menanggapi kejadian ini, kata dia, DPC GMNI Bekasi langsung menggelar audiensi dengan pihak SMK Negeri 6 Kota Bekasi pada Jumat, 16 Mei 2025. Dalam pertemuan tersebut, pihak sekolah mengakui kesalahan mereka dalam menginput nilai RI dan menyampaikan permintaan maaf.
Namun, saat ditanya mengenai alasan di balik kesalahan tersebut, pihak sekolah tidak memberikan jawaban yang jelas.
Lantas Bung Christ, sapaan akrabnya, mempertanyakan bagaimana nilai rapor siswa bisa berubah dalam sistem SNBP, mengingat data tersebut seharusnya tetap konsisten.
“Lantas kenapa hal itu bisa terjadi? Tentu hal tersebut patut dipertanyakan motif apa di baliknya. Karena patut diduga ada permainan,” tanya Bung Christ.
GMNI Bekasi telah mengadukan kasus ini ke KCD Wilayah 3 Bekasi, tetapi hingga saat ini belum mendapatkan tanggapan.
Oleh karena itu, Bung Christ meminta perhatian khusus dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk mengambil tindakan tegas.
“Kejadian ini telah mencoreng wajah pendidikan di Jawa Barat. Seorang siswa berprestasi yang memiliki kesempatan untuk berkuliah di PTN harus kehilangan harapannya karena keteledoran pendidiknya sendiri,” tegasnya.