JATIASIH – Setelah 13 hari mendapatkan perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit (RS) Kartika Husada Jatiasih, pasien anak BA (7) menghembuskan napas terakhir sore kemarin. Sampai dengan kemarin, belum berhasil diketahui apa penyebab BA hilang kesadaran usai menjalani operasi amandel, beberapa pihak tengah mendalami kasus ini.
Kabar duka yang diterima oleh Radar Bekasi pada pukul 20:00 WIB dibenarkan oleh orang tua pasien, Alber Francis (38) lewat pesan singkat. Pasien BA diketahui menghembuskan nafas terkahir pada pukul 18:45 WIB.
“Betul,” katanya, Senin (2/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia berharap peristiwa yang menimpa anak keduanya ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, terutama rumah sakit dan orang tua.
Malam itu, paman BA, Frans Sinaga (45) menyampaikan bahwa pasien mengalami henti jantung pada pukul 18:00 WIB. Setelah dilakukan upaya untuk kembali memacu detak jantung oleh pihak RS, BA dinyatakan meninggal dunia pada pukul 18:45 WIB.
“Tadi jam 18 dicoba untuk memacu jantungnya untuk kembali, tidak bisa, dan 18:45 dinyatakan dinyatakan pihak rumah sakit Alvaro sudah berpulang ke pencipta,” ungkapnya.
Hasil musyawarah pihak keluarga, jenazah akan dibawa ke rumah duka tidak jauh dari RS. Sedangkan untuk pemakaman, pihaknya masih menunggu keluarga pasien yang diketahui tinggal di luar Kota Bekasi datang.
Terkait dengan rumah duka hingga pemakaman pasien, pihak RS telah berkomunikasi dengan keluarga, semua akan difasilitasi. Meskipun demikian, upaya hukum yang telah ditempuh oleh keluarga tetap dilanjutkan.
“Tetapi dengan banyak hal-hal yang terjadi, ada kejanggalan-kejanggalan, kemungkinan kami rapat keluarga nanti, dan mungkin ada langkah-langkah hukum yang mau kami coba ajukan,” tambahnya.
Diketahui, BA dan V dilakukan tindakan operasi amandel pada hari yang sama, tepatnya di tanggal 19 September 2023 lalu. Setelah tindakan operasi, V saat ini kondisi kesehatannya terus membaik, sementara adiknya harus dirawat intensif di ruang ICU.
Sebelumnya pihak RS Kartika Husada membenarkan bahwa tim dokter mendiagnosa BA mengalami mati batang otak pada hari ke empat pasca operasi, setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan. Prosedur medis sejak pasien tiba di RS, menjalani operasi, hingga pasien di rawat di ruang ICU disebut sudah sesuai prosedur.
“Kita setiap melakukan tindakan dan pemeriksaan itu selalu ada prosedur untuk dilakukan edukasi,” kata salah satu dokter perwakilan RS, Rahma Indah Permatasari.
Transfer pasien yang sempat disampaikan oleh keluarga tanpa sepengetahuan orang tua pun disangkal pihak RS. Pemindahan pasien dari ruang rawat inap ke ruang operasi diketahui oleh orang tua pasien.
“Sudah dijelaskan sama keluarga pasien untuk kita meminta izin untuk memindahkan pasien ke ruang operasi,” ungkapnya.
Sebelum pasien dinyatakan meninggal dunia, pihak RS menyampaikan tengah berupaya meminta bantuan dan mendatangkan dokter-dokter ahli untuk menyelamatkan kondisi pasien.
Peristiwa yang dialami BA di RS Jatiasih ini tengah menjadi perhatian publik, lantaran ia divonis mati batang otak usai menjalani operasi amandel. Beberapa pihak telah bergerak mencari penyebab BA mati batang otak.
Kasus dugaan malapraktik ini juga dibahas dalam pertemuan antara Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes), Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan di kantor DPRD Kota Bekasi awal pekan ini. Kasus ini tengah di dalami oleh Dinkes Kota Bekasi.
“Tadi juga kita diskusikan, kita tanyakan ke pihak terkait dan memang sedang dalam proses investigasi,” kata Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Daradjat Kardono.
Dalam pertemuan tersebut kita Daradjat, membahas beberapa hal, mulai dari progres perkembangan layanan kesehatan, klarifikasi isu-isu terkait dengan pelayanan kesehatan, hingga aspirasi yang didapat oleh anggota DPRD pada saat reses di lingkungan masyarakat belum lama ini.
Pada saat yang sama, Kepala Dinkes Kota Bekasi, Tanti Rohilawati menyampaikan bahwa pihaknya telah menerima penjelasan terkait dengan kronologis dari pihak RS. Kemarin, Dinkes telah meminta kepada RS untuk memberikan penjelasan secara tertulis.
“Kami juga akan mengundang komite medik, dan akan mengevaluasi apakah diperlukan pembentukan tim apa tidak,” ungkapnya.
Belum ada kesimpulan yang diambil saat ini, Dinkes masih melakukan evaluasi. Pada tahap ini, Dinkes tengah mengumpulkan data-data dari RS.
Selanjutnya, Dinkes akan mendengarkan keterangan dari keluarga pasien.
“Masih tahap evaluasi, pengumpulan dari pada data atau kronologis yang disampaikan dari pihak RS,” tambahnya.