Pengamat Politik Universitas Islam 45 Bekasi, Adi Susila, berpendapat bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus melebarkan basis massa pendukungnya jika ingin kembali berkompetisi dalam Pilkada Kota Bekasi pada tahun 2029 mendatang.
Hal ini disampaikan Adi setelah melihat hasil Pilkada 2024, di mana PKS tidak mampu berbicara banyak dan kalah dari pesaingnya.
Pasangan Heri Koswara dan Sholihin tumbang dari pasangan Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe yang meraih suara terbanyak di Pilkada Kota Bekasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ya tidak tahu strateginya PKS (apabila diprediksi PKS masih menjadi lawan Pilkada Kota Bekasi atau tidak). Kalau melihat seperti ini, seharusnya PKS melebarkan basis massa,” ucap Adi saat dikonfirmasi RakyatBekasi.com melalui sambungan telepon, Selasa (10/12/2024).
Adi menilai bahwa PKS dikenal sebagai Partai Islam Perkotaan, namun tidak mampu melebarkan basis massa pendukungnya yang terpaku hanya pada satu sektor.
“Kalau selama ini kan kita mengenal basisnya PKS itu kan Islam perkotaan, jarang yang dari wilayah Islamnya itu kayanya hanya terpaku kesitu. Mungkin agak sedikit dari pemilih Muhammadiyah, tapi NU itu kayanya kan nggak banyak. Kemungkinan pilihan berikutnya itu dia mau milih pemilih-pemilih nasionalis,” jelasnya.
Adi berpandangan bahwa PKS harus memiliki strategi jitu jika ingin diterima masyarakat secara lebih luas.
Salah satu opsinya adalah memberikan program yang menyasar kelompok nasionalis agar dapat menarik lebih banyak massa.
“Dengan cara dia melemparkan program-program yang bisa diterima oleh kelompok nasionalis. Kemudian mungkin dia memilih calon-calon legislatif yang dari kalangan nasionalis,” tambahnya.
Di sisi lain, Adi juga menyoroti keterlibatan Ahmad Syaikhu yang turut mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Daerah (Cakada) di Pilkada 2024.
Hal ini turut berdampak pada runtuhnya suara PKS di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Kota Bekasi, dan Kota Depok.
Dalam perhelatan Pilkada 2024, tidak ada satu pun Cakada dari PKS yang lolos sebagai pemenang Pilkada di wilayah-wilayah tersebut, meski Ahmad Syaikhu yang berstatus sebagai Presiden PKS Non Aktif turut mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Barat.
“Kalau dugaan saya mungkin iya ya, karena ibaratnya mengecilkan badan kan itu (turut dampak akan Ahmad Syaikhu yang mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Daerah). Tapi itu kan perlu dikaji lebih dalam,” beber Adi Susila.
Adi beranggapan bahwa jika Ahmad Syaikhu tidak mencalonkan diri sebagai Cakada, tentunya akan ada efek ekor jas (coat-tail effect) dari sosok ketokohan Eks Wakil Walikota Bekasi 2014-2018 tersebut untuk menguatkan sayap atau internal partai.
“Logikanya itu memang harusnya di dalam Pilkada serentak atau pemilu serentak itu kan ada coat-tail effect, efek ekor jas, yang dari atas itu mempengaruhi ke bawah tapi kemarin kan tidak,” jelasnya.
Sementara itu, mengenai kekalahan PKS di wilayah seperti Kota Bekasi dan Kota Depok yang dicap sebagai kandang PKS, Adi menilai bahwa PKS tidak bisa berbicara banyak di perhelatan Pilkada meski dalam perhelatan legislatif mereka menguasai bangku parlemen.
“Kalau saya lihat PKS ini memiliki basis suara yang cukup militan, tapi jumlahnya kan nggak terlalu banyak. Jadi yang sekarang muncul ke publik itu ya itu suaranya PKS. Artinya dalam Pilkada ini memang tidak ada penambahan. Artinya dia tidak bisa melebarkan basis massanya. Jadi dia berada pada basis tradisionalnya PKS kalau menurut saya,” pungkasnya.