Ada peluang Prabowo tak mengajukan diri sebagai capres dari Partai Gerindra.
JAKARTA – Hasil survei Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) merilis hasil survei terkait calon pemimpin untuk 2024. Nama Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto masih menjadi calon presiden (capres) dengan elektabilitas terkuat.
KedaiKOPI melakukan survei terhadap 1.200 responden dengan usia minimal 17 tahun dan maksimal 65 tahun. Metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka dengan margin of error survei ini sekitar 2,83 persen. Survei digelar pada periode 16-24 November 2021 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Elektabilitas Prabowo sebagai capres 2024 saat ini berada di 23,9 persen,” ujar Direktur Eksekutif KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, di Tebet, Jakarta, Ahad (19/12/2021).
Di urutan kedua, ada nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan elektabilitas 16,4 persen. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berada di posisi ketiga dengan elektabilitas sebesar 12,5 persen.
Menariknya, masih ada nama Joko Widodo dengan elektabilitas sebesar 8,6 persen. Selanjutnya adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (3,6 persen), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (3,3 persen), Menteri Sosial Tri Rismaharini (2 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (1,5 persen), dan Khofifah (1,5 persen).
Dari klaster kepala daerah, Anies Baswedan menjadi capres dengan elektabilitas tertinggi sebesar 37,4 persen. Di bawahnya ada nama Ganjar Pranowo sebesar 34,5 persen dan Ridwan Kamil 13,8 persen. Terakhir ada nama Khofifah Indar Parawansa dengan elektabilitas sebesar 7,3 persen.
Dalam survei yang sama juga menyurvei sosok calon wakil presiden (cawapres). Nama Sandiaga Uno berada di urutan pertama dengan elektabilitas sebesar 17,9 persen. Tepat di bawahnya ada Anies (12,3 persen) dan Ganjar (8,5 persen). Selanjutnya Ridwan Kamil (6,5 persen), Khofifah (4,1 persen), Prabowo (4,0 persen), Risma (3,0 persen), dan Agus Harimurti Yudhoyono (2,3 persen), Puan Maharani (1,9 persen), Gatot Nurmantyo (1,6 persen), Susi Pudjiastuti (1,5 persen), Basuki Tjahaja Purnama (1,5 persen), dan Andika Perkasa (1,4 persen).
Hasil survei yang dilakukan Survey and Polling Indonesia (SPIN) juga menunjukkan hasil sama untuk tiga posisi teratas. Direktur SPIN Igor Dirgantara mengatakan, elektabilitas Prabowo Subianto semakin meningkat di penghujung tahun 2021 menjadi 23,2 persen.
“Jika survei SPIN periode Agustus 2021 dikomparasi dengan survei saat ini, menunjukkan adanya pola peningkatan keterpilihan terhadap Prabowo sebesar 1,3 persen, yakni dari 21,9 persen menjadi 23,2 persen,” kata Igor.
Pola berbeda ditunjukkan Ganjar dan Anies dengan adanya penurunan dukungan terhadap masing-masing sekitar 3,0 persen untuk Ganjar, yakni dari 16,1 persen menjadi 13,1 persen, dan 2,5 persen untuk Anies, yakni dari 15,6 persen menjadi 13,1 persen. Igor menyebut, penurunan elektabilitas Ganjar lebih besar apabila dibanding dengan Anies.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, saat ini Partai Gerindra tengah dibingungkan oleh tingginya elektabilitas dua kadernya, yakni Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno. Meski begitu, ia menilai bahwa capres dari partai tersebut akan ditentukan oleh komunikasi politik sang ketua umum.
Menurutnya, komunikasi politik Prabowo saat ini kurang menarik minat para pemilih. Berbeda dengan Sandiaga dan capres muda potensial lain seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Ganjar Pranowo yang dinilai memiliki komunikasi politik yang lebih adaptif dengan kemajuan zaman.
Namun, ia melihat, internal Partai Gerindra terkait capres masih sangat dinamis jelang 2024. Meskipun saat ini, mayoritas kader selalu menyerukan Prabowo untuk kembali maju di kontestasi mendatang. “Prabowo memiliki tabungan elektabilitas yang tinggi, itu hasil yang sebelum-sebelumnya. Tapi untuk maju ke kompetisi, entar dulu,” ujar Hendri.
Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, ada peluang Prabowo tak mengajukan diri sebagai capres dari Partai Gerindra. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda ia akan mendeklarasikan diri. Sedangkan bagi Sandiaga, peluang untuk maju masih tetap terbuka meskipun harus menunggu keputusan dari Prabowo.
“Selama Prabowo belum menyatakan siap atau tidak, selama itu pula apapun bisa terjadi. Semua sangat tergantung Prabowo,” ujar Adi. Namun, ia mulai melihat adanya konflik di internal Partai Gerindra. Setelah adanya pendeklarasian Sandiaga sebagai capres yang dikritik oleh salah satu kader partai berlambang kepala garuda itu.
‘Kita Capek’
Partai Gerindra mulai memanaskan mesin politiknya. Target mereka, menang dalam Pemilu 2024. Kader partai berlambang kepala garuda itu pun diminta siap, bersatu, dan kompak menyongsong 2024. Tak hanya menang pemilu, Gerindra juga ingin menang Pilpres 2024, setelah dua kontestasi selalu kalah.
“Kita juga capek yang namanya Pak Prabowo hampir terus jadi presiden, tapi tidak jadi presiden,” Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, dalam pidato penutupan Kongres Tidar, di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Ahad (19/12/2021).
Dasco mengatakan, partainya selalu meraih status ‘hampir menang’ dalam dua kontestasi terakhir. Selama periode 2019 hingga 2024, Partai Gerindra memutuskan untuk bergabung dengan koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, momen tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meraih kemenangan.
“Kita koalisi pemerintah, salah satu koalisi pemerintah yang taat justru. Oleh karena itu memanfaatkan posisi kita sebagai koalisi, pemilu legislatif ini kita harus menambah kursi yang banyak untuk Partai Gerindra,” ujar Dasco.
Salah satu strategi pemenangan Partai Gerindra untuk 2024 adalah membentuk badan saksi pemilu yang akan bergerak pada Januari 2022. Lewat badan tersebut, pihaknya dapat meminimalisasi kecurangan yang akan terjadi di kontestasi mendatang.
“Ini kita pengen supaya sistem ini jalan supaya kita menang, capek kita hampir menang terus, hampir menang terus,” ujar wakil ketua DPR itu.
Dasco menambahkan, regenerasi di internal partai tengah disiapkan di partainya. Ia menyebut, Gerindra bukanlah partai oligarki. “Gerindra itu tidak mengenal adanya oligarki. Bahkan terhadap anak pendirI Gerindra pun itu tidak ada keistimewaan,” ujar Dasco.
“Jadi tidak seperti partai-partai lain yang bapaknya mendirikan partai dan ketua umum partai, tiba-tiba anaknya langsung,” ujar Dasco. Pasca2024, Partai Gerindra hanya akan menyisakan sejumlah senior di kepemimpinan DPP. Sisanya adalah kader-kader muda yang telah melewati seluruh mekanisme dan jenjang dalam kaderisasi.
“Regenerasi ini tidak bisa dielakkan, waktu terus berjalan sementara tantangan semakin berat dan harapan kita ini ada pada generasi muda,” ujar Dasco. Saat ini, para kader-kader muda Partai Gerindra akan diberi tugas untuk melakukan konsolidasi di daerah-daerah. Tujuannya adalah untuk kemenangan partai tersebut di Pemilu 2024.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang kini juga menjabat sebagai Ketua Umum Tunas Indonesia Raya (Tidar), Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menyatakan siap membantu pemenangan di Pemilu 2024. Termasuk dalam memenangkan pamannya, Prabowo Subianto, sebagai presiden periode 2024-2029.
“Kader-kader kita di seluruh Indonesia siap mandiri dan tentunya siap berkontribusi sebagai caleg, cakada, mau sebagai timses. Bahkan sebagai saksi di TPS-nya masing-masing, kita siap untuk memenangkan Gerindra,” ujar Rahayu. (*)