Perkembangan teknologi digital yang semakin pesat telah membawa banyak perubahan dalam cara hidup masyarakat.
Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi ilmu sosiologi dalam memahami dan mengkaji perubahan-perubahan sosial yang terjadi.
Salah satu perubahan perilaku masyarakat yang menarik untuk diamati adalah semakin banyaknya orang yang menggunakan media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kini, media sosial sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian banyak orang, terutama di kalangan anak muda.
Meskipun memudahkan, penggunaan media sosial juga membawa dampak sosial yang dirasa perlu untuk diperhatikan.
Kecanduan media sosial bisa mempengaruhi cara orang berinteraksi dan berhubungan satu sama lain.
Banyak orang lebih suka berinteraksi secara virtual daripada bertemu langsung.
Hal ini bisa memicu munculnya isolasi sosial dan kurangnya perhatian pada kehidupan nyata.
Selain itu, informasi yang disebarkan dengan cepat di media sosial juga mengubah cara masyarakat menyikapi isu-isu sosial.
Fenomena “berita palsu” yang sering terjadi bisa memicu perpecahan dan konflik di masyarakat.
Dalam situasi seperti ini, sosiologi ditantang untuk memahami dan menjelaskan proses pembentukan opini publik serta dampaknya terhadap kerukunan masyarakat.
Meningkatnya penggunaan teknologi digital telah mengubah cara masyarakat berinteraksi secara dramatis.
Dari anak-anak hingga lansia, dari pasar tradisional hingga kantor modern, pengaruh digitalisasi terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari.
Situasi ini menghadirkan tantangan besar bagi para ahli sosiologi dalam memahami dan mempelajari perubahan perilaku masyarakat.
Berdasarkan data terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 220 juta orang atau sekitar 80% dari total populasi pada tahun 2024.
Angka ini meningkat signifikan jika dibandingkan tahun 2020 silam, yang hanya 196,7 juta pengguna.
Rata-rata waktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia untuk mengakses internet, mencapai 8 jam 36 menit per hari, dengan 4 jam 48 menit dihabiskan untuk media sosial.
Kemudian Survei Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa 92% masyarakat Indonesia menggunakan smartphone untuk mengakses internet, dan 76% melakukan transaksi digital secara rutin.
Data ini menunjukkan transformasi besar dalam perilaku sosial masyarakat yang kini semakin bergantung pada teknologi digital.
Dampak Digitalisasi pada Berbagai Aspek Kehidupan
- Transformasi Pendidikan
“Sejak pandemi dan berlanjut hingga saat ini, 85% sekolah di Indonesia telah mengadopsi sistem pembelajaran hybrid,” ungkap Dr. Rini Purwanti, pengamat pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia.
Contohnya, SDN 01 Menteng Jakarta kini menerapkan sistem pembelajaran campuran dimana siswa belajar tatap muka 3 hari dan online 2 hari dalam seminggu.
- Perubahan Pola Kerja
Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan 45% perusahaan di Indonesia masih menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau hybrid working.
“Produktivitas tidak menurun, justru meningkat 23%, namun kohesivitas tim mengalami tantangan tersendiri,” jelas Ir. Bambang Sutrisno, Direktur PT Maju Bersama.
- Transformasi Ekonomi
Marketplace dan e-commerce mencatat pertumbuhan transaksi hingga 300% dalam 4 tahun terakhir.
“Pedagang pasar tradisional yang dulu menolak digitalisasi, sekarang 60% sudah menggunakan platform digital,” kata Dr. Fajar Nugroho, ekonom digital Universitas Indonesia.
- Pergeseran Nilai Keluarga
“Dulu makan malam bersama keluarga adalah momen sakral untuk berbincang. Sekarang, meski satu meja, masing-masing sibuk dengan HP,” ungkap Dr. Budi Santoso, sosiolog dari Universitas Indonesia.
Hal ini menyebabkan berkurangnya kedekatan emosional dalam keluarga.
- Transformasi Pertemanan
“Anak-anak sekarang bisa punya ratusan ‘teman’ di media sosial, tapi belum tentu punya sahabat dekat yang bisa diajak curhat secara langsung,” dari fenomena ini menciptakan paradoks ‘kesepian di tengah keramaian’.
Tantangan Sosiologis yang Muncul
- Pergeseran Interaksi Sosial
Prof Dr Maya Sari, sosiolog dari Institut Teknologi Bandung, mengidentifikasi beberapa fenomena, seperti 70% lebih remaja memilih berkomunikasi melalui chat dibandingkan tatap muka, waktu interaksi langsung dalam keluarga menurun dari 6 jam menjadi 2,5 jam per hari, munculnya istilah “phubbing” (mengabaikan lawan bicara karena fokus pada smartphone)
- Perubahan Perilaku Konsumsi
“Masyarakat menjadi lebih impulsif dalam berbelanja. Survei kami menunjukkan 65% pembelian online dilakukan tanpa perencanaan yang matang,” ungkap Dr. Hendra Wijaya, peneliti perilaku konsumen.
- Kesenjangan Digital
Data BPS menunjukkan masih terdapat kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan, akses internet di kota: 85%, akses internet di desa: 55%, literasi digital di kota: 75%, Literasi digital di desa: 40%
Solusi dan adaptasi yang dilakukan
- Program Literasi Digital
Kementerian Kominfo meluncurkan program “Literasi Digital untuk Semua” yang telah menjangkau 2000 desa di Indonesia.
“Target kami adalah meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan teknologi yang sehat dan produktif,” jelas Menteri Kominfo.
- Pendekatan Sosiologi Baru
para Sosiolog mengembangkan metode penelitian baru yang mengkombinasikan, analisis big data untuk memahami pola perilaku online, etnografi digital untuk mengamati interaksi virtual, survei hybrid yang menggabungkan metode online dan offline.
- Inisiatif Komunitas
Berbagai komunitas mulai mengadakan kegiatan yang memadukan aktivitas online dan offline, Program “Digital Wellness” di 500 sekolah, Gerakan “Minggu Lepas Gadget” di berbagai kota, Workshop “Keluarga di Era Digital” untuk orang tua.
- Keseimbangan Online–Offline
Ibu Maya, konselor keluarga, berbagi pengalaman: “Saya menyarankan klien untuk tetap menjaga keseimbangan. Misalnya, setiap chat grup WhatsApp keluarga, harus diimbangi dengan pertemuan langsung minimal sekali.”
Transformasi digital telah mengubah fundamental perilaku masyarakat Indonesia.
Meski membawa berbagai kemudahan, perubahan ini juga menimbulkan tantangan serius dalam aspek sosial, psikologis, dan kultural.
Kesimpulannya adalah era digitalisasi telah menghadirkan transformasi besar dalam perilaku sosial masyarakat Indonesia, dengan penetrasi internet mencapai 80% populasi (220 juta pengguna) pada tahun 2024.
Perubahan ini berdampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan, antara lain: Pendidikan: Adopsi sistem pembelajaran hybrid di 85% sekolah, Pekerjaan: 45% perusahaan menerapkan sistem kerja hybrid, Ekonomi: Pertumbuhan e-commerce mencapai 300% dalam 4 tahun, Interaksi sosial: Penurunan interaksi tatap muka dan peningkatan komunikasi digital
Meski menghadirkan banyak kemudahan, digitalisasi juga menimbulkan tantangan seperti kesenjangan digital antar kota-desa dan berkurangnya kualitas interaksi sosial secara langsung.
Untuk mengatasinya, berbagai pihak telah mengambil inisiatif seperti program literasi digital, pendekatan sosiologis baru, dan gerakan keseimbangan online–offline untuk memastikan pemanfaatan teknologi yang sehat dan produktif.
Saran untuk Berbagai Pihak:
- Pemerintah
- Mempercepat pemerataan infrastruktur digital
- Menjelaskan sinkronisasi literasi digital nasional
- Membuat regulasi yang melindungi masyarakat dari dampak negatif digitalisasi
- Lembaga Pendidikan
- Mengintegrasikan pendidikan karakter digital.
- Menyeimbangkan pembelajaran online dan offline.
- Melatih guru dalam pedagogi digital.
- Keluarga
- Pembuatan aturan penggunaan gadget yang disepakati bersama.
- Menjadwalkan waktu berkualitas tanpa gangguan digital.
- Membangun komunikasi terbuka tentang penggunaan teknologi.
- Individu
- Menerapkan kesejahteraan digital dalam keseharian.
- Menjaga keseimbangan aktivitas online dan offline.
- Menggunakan teknologi secara bijak dan produktif.
“Tantangan terbesar bukan pada teknologinya, tetapi pada bagaimana kita sebagai masyarakat dapat beradaptasi sambil tetap mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan kita,” Prof. Maya Sari.
Penulis : Afni Mardiana, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Editor : Bung Ewox