KOTA BEKASI – Polres Metro Bekasi Kota menetapkan AF seorang ASN yang berdinas di BNN menjadi tersangka Kasus KDRT terhadap istrinya sendiri yakni YA.
Mlalui hasil penyelidikan yang telah dilakukan oleh pihak kepolisian, Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota AKBP Muhammad Firdaus mengatakan bahwa peristiwa kekerasan tersebut di antaranya terjadi, pada Sabtu (28/08/2021) lalu sekira pukul 17.00 WIB.
Saat itu, YA dan AF merupakan sepasang suami istri sah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Namun, sudah tidak tinggal satu rumah, Kemudian pelaku (AF) mendatangi rumah korban yang berlokasi di Jalan Raya Wibawa Mukti Kelurahan Jatiasih, Kecamatan Jatiasih dan bermaksud untuk membawa sepeda motor dan ingin mengambil kunci sepeda motor,” ucap Firdaus kepada awak media di Mapolrestro Bekasi Kota, Rabu (03/01/2024).
Merasa dihalangi korban saat mencoba mengambil kunci motor, AF kontan memukul YA di kepala bagian depan.
“Setelah itu, pelaku langsung melemparkan kunci motor dan turut mengenai telapak tangan sebelah kiri korban, hingga korban mengalami luka memar,” ujarnya.
Selanjutnya pada Bulan Oktober 2021, YA selaku korban meminta perkara laporan yang dibuatnya ke Polisi agar ditunda terlebih dahulu.
Hal tersebut dilakukan YA dengan alasan akan rujuk kembali dengan AF suaminya.
“Lalu Bulan April 2023, YA kembali memohon agar perkara dilanjutkan kembali dengan alasan pelaku melakukan kekerasan kembali kepadanya,” ungkapnya.
Pada Bulan April 2022, kata Firdaus, AF mengambil pisau di dapur dan mengarahkan pisau dapur ke tubuh korban dan mendorong korban ke kursi hingga korban terjatuh.
“Selanjutnya, Pada Februari 2023 membanting YA ke kursi sofa, mendorong sekaligus mencekik korban,” jelasnya.
Pasca kejadian itu, kata dia, melalui hasil otopsi pemeriksaan forensik kepada YA, pihak kepolisian membuktikan bahwa AF bersalah dan Polisi menetapkan AF sebagai tersangka.
“Sehingga atas perkara ini, AF dikenakan Pasal 44 Ayat 1 Subsider Ayat 4 UU RI Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Dengan ancaman hukuman pidana lima tahun penjara atau denda paling banyak sebesar Rp 15 Juta,” pungkasnya. (DAP)